02.07.2013 Views

Bab I

Bab I

Bab I

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Setelah itu keanehan-keanehan lain muncul. Ibu Merdeka yang<br />

sudah tua renta itu ingin kawin lagi. Kawin dengan seorang tunanetra<br />

lagi. Rentetan berikut juga cukup menjengkelkan. Ibu Merdeka ingin<br />

memperbaiki hidung dan payudarannya dengan operasi plastik. Pesta<br />

perkawinannya harus dimeriahkan dengan orkes dan direkam dengan<br />

video.<br />

Setelah dia kawin dengan Doglo yang tunanetra itu, ibu Merdeka<br />

memaksa untuk berbulan madu di hotel. Merdeka memberinya<br />

penginapan gratis satu hari. Ia protes. Ibu Merdeka ingin bulan<br />

madunya diperpanjang menjadi dua minggu.<br />

Perkawinan yang mula-mula manis tidak bertahan lama. Ibu<br />

Merdeka dan Doglo hampir setiap saat cekcok. Perjalanan yang diatur<br />

Merdeka dan Lastri untuk pasangan tua itu tidak juga dapat<br />

menyelamatkan perkawinan mereka. Doglo dan ibu Merdeka terpaksa<br />

cerai.<br />

Merdeka tak kuat menghadapi semua itu. Ia jatuh sakit dan harus<br />

dirawat di rumah sakit selama satu minggu. Begitu sembuh, ia harus<br />

lagi berhadapan dengan tuntutan baru. Ibunya ingin mengikuti les<br />

Universitas Terbuka ....<br />

Kalau saja Putu Wijaya memperpanjang novel ini, barangkali<br />

berbagai masalah atau kejadian aneh lain akan berderet menyusul.<br />

Dan keluarga Merdeka akan semakin terbanting dan hancur. Putu<br />

mungkin tidak menginginkan itu terjadi. Yang ada saja sudah lebih<br />

dari cukup, buat Merdeka, Lestari, keluarga, dan pembaca.<br />

Kalau ada yang ingin menganggap novel ini sebagai karya sastra<br />

yang sekadar ingin melucu, boleh saja. Yang ingin melihatnya sekadar<br />

sebagai pemberontakan seorang tua yang tersisih dari kehidupan dan<br />

kesepian, juga tidak ada salahnya. Putu sendiri beranggapan novel<br />

ini tentang siapa saja.<br />

Yang jelas potret ibu Merdeka adalah potret seorang ibu yang<br />

langka. Khususnya di tengah-tengah masyarakat kita. Selama ini, yang<br />

umum kita kenal adalah seorang mertua yang cerewet, rewel, dan selalu<br />

ingin mengatur anak. Dan juga sering menyalahkan menantu. Dalam<br />

masyarakat yang berpola exstended familynya masih berakar, kondisi<br />

seperti itu memang lazim dikenal privacy. Bagi sebagian besar kita belum<br />

terlalu penting Merdeka dan Lastri. Ibu Merdeka hanya ingin berbicara<br />

dan bersikap untuk kepentingannya sendiri.<br />

Menjadi Penulis Pemula 21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!