Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Setelah itu keanehan-keanehan lain muncul. Ibu Merdeka yang<br />
sudah tua renta itu ingin kawin lagi. Kawin dengan seorang tunanetra<br />
lagi. Rentetan berikut juga cukup menjengkelkan. Ibu Merdeka ingin<br />
memperbaiki hidung dan payudarannya dengan operasi plastik. Pesta<br />
perkawinannya harus dimeriahkan dengan orkes dan direkam dengan<br />
video.<br />
Setelah dia kawin dengan Doglo yang tunanetra itu, ibu Merdeka<br />
memaksa untuk berbulan madu di hotel. Merdeka memberinya<br />
penginapan gratis satu hari. Ia protes. Ibu Merdeka ingin bulan<br />
madunya diperpanjang menjadi dua minggu.<br />
Perkawinan yang mula-mula manis tidak bertahan lama. Ibu<br />
Merdeka dan Doglo hampir setiap saat cekcok. Perjalanan yang diatur<br />
Merdeka dan Lastri untuk pasangan tua itu tidak juga dapat<br />
menyelamatkan perkawinan mereka. Doglo dan ibu Merdeka terpaksa<br />
cerai.<br />
Merdeka tak kuat menghadapi semua itu. Ia jatuh sakit dan harus<br />
dirawat di rumah sakit selama satu minggu. Begitu sembuh, ia harus<br />
lagi berhadapan dengan tuntutan baru. Ibunya ingin mengikuti les<br />
Universitas Terbuka ....<br />
Kalau saja Putu Wijaya memperpanjang novel ini, barangkali<br />
berbagai masalah atau kejadian aneh lain akan berderet menyusul.<br />
Dan keluarga Merdeka akan semakin terbanting dan hancur. Putu<br />
mungkin tidak menginginkan itu terjadi. Yang ada saja sudah lebih<br />
dari cukup, buat Merdeka, Lestari, keluarga, dan pembaca.<br />
Kalau ada yang ingin menganggap novel ini sebagai karya sastra<br />
yang sekadar ingin melucu, boleh saja. Yang ingin melihatnya sekadar<br />
sebagai pemberontakan seorang tua yang tersisih dari kehidupan dan<br />
kesepian, juga tidak ada salahnya. Putu sendiri beranggapan novel<br />
ini tentang siapa saja.<br />
Yang jelas potret ibu Merdeka adalah potret seorang ibu yang<br />
langka. Khususnya di tengah-tengah masyarakat kita. Selama ini, yang<br />
umum kita kenal adalah seorang mertua yang cerewet, rewel, dan selalu<br />
ingin mengatur anak. Dan juga sering menyalahkan menantu. Dalam<br />
masyarakat yang berpola exstended familynya masih berakar, kondisi<br />
seperti itu memang lazim dikenal privacy. Bagi sebagian besar kita belum<br />
terlalu penting Merdeka dan Lastri. Ibu Merdeka hanya ingin berbicara<br />
dan bersikap untuk kepentingannya sendiri.<br />
Menjadi Penulis Pemula 21