05.05.2013 Views

panduan-politik-sesat-islam-dan-tentara-salib-robert-spencer

panduan-politik-sesat-islam-dan-tentara-salib-robert-spencer

panduan-politik-sesat-islam-dan-tentara-salib-robert-spencer

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PANDUAN POLITIK SESAT TERHADAP ISLAM (DAN TENTARA SALIB)<br />

walikota Amsterdam menyatakan, “Kami akan menunjukkannya dengan kencang<br />

<strong>dan</strong> jelas bahwa kebebasan berpendapat adalah penting bagi kita,” 337<br />

Delapan minggu sebelumnya, filmnya van Gogh, Submission ditayangkan di Dutch<br />

TV. Film ini adalah gagasan dari seorang mantan Muslim anggota parlemen<br />

Belanda, Ayaan Hirsi Ali, Submission meneriakan perlakuan tidak setara pada<br />

wanita Muslim, menggambarkan wanita² bekas penyiksaan, memakai jubah<br />

transparan yang memperlihatkan payudara mereka, dengan tulisan² ayat Qur’an<br />

pada tubuh mereka.<br />

Penghinaan? Selera rendah? Mungkin itu maksudnya. Van Gogh, cucu buyut dari<br />

Saudara Vincent van Gogh (“dear Theo”), adalah seorang kontroversial <strong>dan</strong><br />

terkenal di sinema² Belanda; dulu, dia pernah menyerang Yahudi <strong>dan</strong> Kristen<br />

dengan semangat yang menyebabkan munculnya keluhan resmi. Tapi setelah<br />

Submission, ancaman mati mulai berdatangan. Van Gogh, dimata para Muslim<br />

Belanda, telah menghujat Islam—sebuah hinaan yang bisa menimbulkan hukuman<br />

mati. Sang pembuat film tidak peduli. Filmnya sendiri, aktanya, adalah sebuah<br />

“perlindungan terbaik yang saya punyai. Ini adalah bukan hal yang saya<br />

khawatirkan.” 338<br />

Van Gogh bukanlah yang pertama<br />

Kematian van Gogh menunjukkan bahwa tiap orang yang menghargai kebebasan<br />

harus merasa khawatir karena pembunuhan oleh seorang Muslim yang marah atas<br />

“penghujatan” bukanlah barang baru. Bukan juga merupakan hal kuno masa lalu.<br />

Di tahun 1947, Kelompok Islam Radikal membunuh pengacara Iran Ahmad Kasravi<br />

di pengadilan; Kasravi disana untuk membela dirinya terhadap tuduhan bahwa dia<br />

menyerang Islam. Empat tahun kemudian, anggota kelompok Islam radikal yang<br />

sama, Fadayan‐e Islam, membunuh Per<strong>dan</strong>a Menteri Iran, Haji‐Ali Razmara setelah<br />

sekelompok ulama Muslim mengeluarkan fatwa mati baginya. Di tahun 1992,<br />

penulis Mesir, Faraj Foda dibunuh oleh Muslim yang marah akan ‘pemurta<strong>dan</strong>nya’<br />

dari Islam—sebuah penghinaan lain yang ditetapkan oleh hukum Islam <strong>dan</strong><br />

hukumannya mati. Naguib Mahfouz, novelis pemenang Nobel, orang yang satu<br />

kebangsaan dengan Foda, ditusuk tahun 1994 setelah tuduhan penghujatan.<br />

Dibawah Un<strong>dan</strong>g‐un<strong>dan</strong>g Penghujatan Pakistan, banyak non Muslim ditangkap,<br />

disiksa <strong>dan</strong> dihukum mati meski dengan bukti yang sangat kecil. Dan tentu saja,<br />

ada fatwa mati yang terkenal dari Ayatollah Khomeini terhadap penulis Salman<br />

Rushdie.<br />

Hal² demikian yang terjadi di Iran <strong>dan</strong> Mesir, dua negara dimana radikalisme Islam<br />

tersebar luas, itu biasa; tapi jika ada seorang “penghujat” dibunuh dengan brutal di<br />

jalanan kota Amsterdam di siang hari bolong adalah luar biasa. Selama tiga puluh<br />

337 “Dutch Filmmaker Killed, Muslims Condemn,” IslamOnline.net, Nov 2, 2004<br />

338 Sterling, “Dutch Filmmaker Theo van Gogh Murdered.”<br />

179

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!