You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
BISNIS<br />
Bob Sadino tampil dengan<br />
pakaian resmi, tidak santai<br />
seperti biasa, dalam potret<br />
bersama istri dan dua<br />
anaknya.<br />
WAHYU DANIEL/DETIKCOM<br />
BUKAN hal yang aneh bila pengusaha<br />
besar yang sudah sepuh dan<br />
menyerahkan sebagian besar urusan<br />
bisnis ke staf yang dipercaya<br />
akan datang ke tempat ia mulai menjalankan<br />
bisnis. Biasanya, bahkan di gedung itu, masih<br />
disediakan ruangan kantor yang lengkap di<br />
sana. Bob Sadino pun bukan kekecualian.<br />
Tapi, berbeda dengan para bos lain yang<br />
juga sukses, Bob Sadino tidak betah hanya<br />
datang ke kantor dan sesekali ikut rapat. Ia<br />
tidak cuma datang ke kebun Kemfarm, supermarket<br />
Kemchick, atau pabrik pengolahan<br />
makanan Kemfood untuk menengok.<br />
Di pabrik makanan, ia ikut turun membuat<br />
sosis. Di kebun, ia ikut memanen atau membersihkan<br />
tanaman. Di toko, ia ikut membenahi<br />
penataan produk atau melayani pelanggan.<br />
“Tidak suka dia kerja kantoran,” kata Arie<br />
Subroto Laras, Direktur Utama Kemchick dan<br />
yang bekerja dengannya sejak 40 tahun silam.<br />
Pengusaha yang “agak beda” dengan nama<br />
panjang Bambang Mustari Sadino, yang<br />
menjadi bos Arie itu, Senin, 19 Januari lalu,<br />
menutup mata pada usia 81 tahun. Ia memang<br />
tidak seperti pengusaha lain. Tak cuma<br />
kegemarannya mengenakan celana pendek<br />
dan baju lengan pendek, tapi juga pandangan<br />
hidup dan filosofinya yang eksentrik.<br />
Dua buku yang ia tulis tentang konsep bisnisnya,<br />
Mereka Bilang Saya Gila! dan Belajar<br />
Goblok dari Bob Sadino, bahkan bisa dibilang<br />
cukup kontroversial. Isinya, pada dasarnya,<br />
menekankan kerja keras dan tidak banyak<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015