30.04.2015 Views

BOB

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SELINGAN<br />

Kalau mau<br />

terima kapal<br />

bekas hibah,<br />

jangan<br />

tanggung,<br />

kapal induk<br />

sekalian,<br />

ha-ha-ha....<br />

No to used<br />

warship!<br />

rena itu, ketika KSAL Belanda yang kebetulan<br />

pernah satu kelas dengan saya sewaktu dua tahun<br />

mengikuti pendidikan menawarkan kapal<br />

hidrografi, umur sekitar 20 tahun, saya jawab<br />

sambil guyonan saja, “Kalau kapal itu saya beli<br />

dengan duit saya dan saya operasikan pakai<br />

duit saya, yang pakai kan kamu hasil petanya.<br />

Bukan Pelni. Jadi, kalau kamu suruh saya beli,<br />

saya tidak mau. Kalau dikasih, ya boleh.”<br />

Karena itu, sewaktu KSAL Soeparno (28<br />

September 2010-17 Desember 2012) menerima<br />

kapal bekas dari Brunei, waduh.... Saya berpikir,<br />

kita negara besar seperti ini harusnya punya<br />

harga diri. Masak dikasih sama negara kecamatan<br />

kita terima? Apalagi cuma kapal 40 meter.<br />

Kalau mau terima kapal bekas hibah, jangan<br />

tanggung, kapal induk sekalian, ha-ha-ha.... No<br />

to used warship!<br />

Tapi, sebelum membeli kapal bekas dari<br />

Jerman, sebetulnya pada pertengahan 1980-an<br />

Indonesia pernah beli kapal bekas. Jadi, saat<br />

booming harga minyak, pada 1985-1986 kala<br />

itu pemerintah membeli 9 fregat bekas dan 3<br />

tribal class dari Inggris yang pernah ikut Perang<br />

Malvinas. Juga membeli 6 kapal kelas van speijk<br />

dari Belanda.<br />

Namanya kapal bekas, kapal tua, pasti tingkat<br />

kerusakannya tinggi. Di lain pihak, kapalkapal<br />

baru, seperti 3 korvet dari Belanda dan<br />

1 dari Yugoslavia serta 6 LST dari Korea yang<br />

berteknologi baru, terbengkalai perawatannya<br />

karena uang justru terserap untuk kapal-kapal<br />

bekas itu. Konsep pemeliharaan yang disebut<br />

PMS (planned maintenance system) dengan<br />

integrated logistic untuk kapal-kapal baru berteknologi<br />

1980-an itu tak berjalan.<br />

Sebetulnya saya tak sepenuhnya antikapal<br />

bekas karena pernah menerima feri bekas,<br />

Kambuna dan Kerinci, milik PT Pelni yang hampir<br />

bangkrut. Kebetulan AL belum punya kapal<br />

angkut pasukan yang memadai. Feri cepat itu<br />

bisa menampung 500 orang, jadi saya terima.<br />

Tapi, kalau nerima dari negara lain, saya tidak<br />

mau, apalagi beli. Kita sudah berpengalaman,<br />

AL hancur karena kapal bekas. n<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 26 JANUARI 24 - 30 - 1 NOVEMBER FEBRUARI 2014<br />

2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!