Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
INTERNASIONAL<br />
Perdana Menteri Israel<br />
Benjamin Netanyahu<br />
berpidato menjelang<br />
pemakaman empat<br />
keturunan Yahudi<br />
korban penembakan di<br />
Paris, Selasa (13/1).<br />
JIM HOLLANDER/REUTERS<br />
Eropa sepertinya bukan lagi rumah yang<br />
aman bagi sebagian Yahudi. Kota Sarcelles di<br />
pinggiran Kota Paris sering dijuluki Little Jerusalem.<br />
Sebab, di Sarcelles, tinggal komunitas<br />
terbesar Yahudi di Prancis, bahkan mungkin di<br />
Eropa.<br />
Ketika situasi di Gaza semakin panas, kondisi<br />
di Little Jerusalem juga turut memanas. Pada<br />
pertengahan Juli lalu, ratusan orang pro-Palestina<br />
menggeruduk komunitas Yahudi di Sarcelles.<br />
“Mati bagi Yahudi, potong leher Yahudi,”<br />
teriak mereka.<br />
Mereka mengumbar kemarahan dengan<br />
memecahkan kaca-kaca dan membakar sejumlah<br />
toko. Saat hendak menghanguskan<br />
sejumlah sinagoge, mereka dihadang barisan<br />
pemuda Ligue de Defense Juive alias Liga Pertahanan<br />
Yahudi. Bersenjatakan tongkat dan<br />
helm, pemuda-pemuda Yahudi itu melawan<br />
massa pro-Palestina.<br />
“Jika bukan karena anak-anak itu, seluruh<br />
komunitas ini mungkin sudah hangus terbakar<br />
dan menjadi neraka,” kata Fortunee Fitoussi,<br />
kasir di toko roti Boulangerie Nathanya. Warga<br />
Yahudi di Sarcelles ketakutan. “Kami menyebut<br />
kota kami Little Jerusalem karena kami merasa<br />
berada di rumah,” ujar Laetitia. Sudah bertahun-tahun<br />
dia tinggal di Sarcelles. “Sekarang<br />
kami sangat kaget... sangat... sangat kaget.”<br />
Merasa tak aman, komunitas Yahudi punya<br />
dua pilihan: menyembunyikan diri atau angkat<br />
kaki. Seorang ibu Yahudi di Paris meminta anak<br />
perempuannya menyembunyikan simbol bintang<br />
Daud di bajunya. Dia juga meminta anak<br />
MAJALAH DETIK 26 JANUARI - 1 FEBRUARI 2015