Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
EKONOMI<br />
<strong>KE</strong>RETA CEPAT<br />
Menteri Perhubungan Ignasius<br />
Jonan bersama Direktur<br />
Jenderal Perkeretaapian<br />
Kementerian Perhubungan<br />
Hermanto Dwiatmoko<br />
meresmikan Stasiun Palmerah,<br />
Jakarta.<br />
HASAN ALHABSY/DETIKCOM<br />
Hermanto Dwiatmoko.<br />
● ● ●<br />
Jepang sudah dua tahun mengincar proyek<br />
kereta cepat Jakarta-Bandung. Seperti banyak<br />
diberitakan awal tahun lalu, pemerintah Jepang<br />
malah sudah menghibahkan dana US$ 15 juta<br />
(Rp 212 miliar) untuk studi kelayakan kereta cepat<br />
Jakarta-Bandung. Saat itu Jepang menjadi<br />
satu-satunya pilihan untuk menggarap. Alasan<br />
ini masuk akal karena negara ini adalah pelopor<br />
kereta cepat dunia dan, selama 50 tahun<br />
beroperasi, dibilang tidak pernah ada masalah<br />
serius, termasuk kecelakaan.<br />
Jalur kereta itu rencananya terentang dari<br />
Dukuh Atas—yang berada tepat di jantung<br />
Jakarta—sampai ke kawasan Gedebage,<br />
Bandung. Dengan jarak sekitar 133 kilometer,<br />
kereta ini diperkirakan bisa menyingkat perjalanan<br />
dari 2-3 jam menjadi hanya 37 menit saja.<br />
Ditargetkan, kereta bisa beroperasi pada 2020.<br />
Saat itu, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia<br />
Ignasius Jonan sudah menentang proyek<br />
ini. Alasannya sederhana: dana APBN sebaiknya<br />
digunakan untuk membangun jaringan kereta<br />
api di luar Jawa. Kereta cepat di Jawa bukan<br />
prioritas. Lain cerita jika dana tidak mengambil<br />
dari APBN.<br />
Setelah pemerintahan berganti, Jonan, yang<br />
naik jabatan menjadi Menteri Perhubungan,<br />
kembali mengungkap hal ini. Ia lebih mempri-<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015