Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
INTERNASIONAL<br />
Ribuan orang menghadiri<br />
acara "Refugee<br />
Welcome" di Kota<br />
Gothenburg, Swedia,<br />
Rabu (9/9).<br />
REUTERS<br />
Mohammed Dugmush lari dari hujan bom di<br />
Damaskus, ibu kota Suriah, hampir dua tahun<br />
lalu dan tiba di Jerman pada Februari 2014. Tapi<br />
baru dua bulan lalu Dugmush bisa memboyong<br />
istri dan kelima anaknya ke Berlin.<br />
“Di sini, di Berlin, aku tinggal tak jauh dari<br />
masjid.... Jalan ini bernama Sonnenalle, tapi keturunan<br />
Arab di sini menyebutnya Jalan Arab.<br />
Setiap kali aku jalan-jalan dan bertemu orang<br />
yang berbicara Arab, aku selalu tersenyum,”<br />
kata Dugmush pekan lalu. Dia tinggal bersama<br />
istri dan anaknya di satu apartemen tiga kamar<br />
di Distrik Neukolln yang disediakan pemerintah<br />
Jerman. Hampir separuh warga Neukolln merupakan<br />
pendatang. Beberapa orang bahkan<br />
Dugmush kenal sejak masih di Suriah.<br />
Kini Dugmush masih mengikuti kursus bahasa<br />
dan budaya Jerman untuk memudahkannya<br />
beradaptasi dengan rumah barunya. Begitu<br />
kursus tuntas, Dugmush, yang bekerja sebagai<br />
manajer restoran di Damaskus, berniat mencari<br />
pekerjaan sejenis. “Damaskus adalah kampung<br />
halamanku, tapi Berlin sangat bagus.... Aku<br />
sangat berterima kasih kepada Jerman. Vielen<br />
dank, Deutschland!” Dugmush bersyukur.<br />
Di antara semua negara Uni Eropa, Jerman<br />
memang paling ramah dan paling terbuka terhadap<br />
para pengungsi. Pemerintah Jerman menyatakan<br />
siap menampung 800 ribu pengungsi<br />
dan ratusan ribu lagi dalam beberapa tahun<br />
mendatang. “Aku gembira melihat orang-orang<br />
di luar sana melihat Jerman sebagai harapan,”<br />
kata Angela Merkel, Kanselir Jerman.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015