You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
FOKUS<br />
Adian Napitupulu, Charles<br />
Honoris, dan Akbar Faizal<br />
menunjukkan bukti-bukti yang<br />
dilampirkan saat melaporkan<br />
Setya Novanto dan Fadli Zon<br />
ke Majelis Kehormatan Dewan,<br />
Senin (7/9).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Trump. “Kalau agendanya hanya untuk ketemu<br />
seperti itu, apa manfaatnya buat kita?” ujar<br />
Nurdin.<br />
PPP kubu Romahurmuziy juga menyatakan<br />
Setya dan Fadli melanggar kode etik. Ketua<br />
Dewan Pimpinan Pusat PPP Bidang Luar Negeri<br />
Usman M. Tokan menyatakan keduanya<br />
harus dihadapkan ke MKD.<br />
Bagi Usman, peristiwa di New York itu adalah<br />
puncak dari permasalahan yang membelit<br />
paket pemimpin DPR dari Koalisi Merah Putih.<br />
“Seperti pernyataan-pernyataan (mereka yang<br />
menyebutkan anggota DPR) bloon, sinting, menyindir<br />
buruh, maupun keinginan melanjutkan<br />
tujuh proyek pembangunan DPR,” ujarnya.<br />
Usman mengatakan pihaknya menilai pemimpin<br />
parlemen juga tidak sukses dalam hal<br />
legislasi. Sebelas bulan DPR di bawah Setya,<br />
Dewan hanya mampu menghasilkan empat<br />
undang-undang dari target 37 legislasi.<br />
Setya dan empat wakilnya juga dikritik karena<br />
pemasangan karpet merah khusus pemimpin<br />
DPR dan tamu. Karpet ini diberi pembatas dan<br />
dijaga petugas keamanan.<br />
MKD pun menerima laporan Budiman dkk<br />
hanya sebagai bukti tambahan, dan nantinya<br />
menjadikan mereka saksi. Pasalnya, pada<br />
Senin, 7 September, MKD memutuskan kasus<br />
Setya akan ditelisik tanpa perlu adanya pengaduan.<br />
“Karena telah diberitakan secara luas,<br />
kami putuskan memproses kasus tersebut,”<br />
kata Ketua MKD Surahman Hidayat.<br />
Jika terbukti melanggar etika Dewan, ada tiga<br />
macam sanksi yang bisa dijatuhkan. Bila kasus<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015