You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
BISNIS<br />
Ruko tempat penjualan tiket<br />
Ibu DIbjo di Cikini, Jakarta<br />
BUDI ALIMUDIN/DETIKCOM<br />
yakni Ibu Dibjo, yang sudah lebih setengah<br />
abad bergelut di bidang ini.<br />
Ibu Dibjo memulai usaha pada 1963, saat<br />
Sukarno masih berkuasa dan kemudian<br />
budaya Barat—termasuk film dan musik—<br />
dibatasi. Joko Kinanto, Manajer Operasional<br />
Ibu Dibjo Ticket Box, menuturkan saat itu<br />
ayahnya ingin mendirikan sekolah di sekitar<br />
Jakarta Pusat. “Masalahnya, dananya tidak<br />
ada,” ucapnya.<br />
Untuk mengumpulkan dana, mereka<br />
menggelar pemutaran film Hollywood di<br />
Hotel Indonesia, hotel paling elite saat itu.<br />
Acara ini sangat sukses. Buntutnya, banyak<br />
kalangan yang kemudian mengikuti jejaknya,<br />
memutar film Hollywood. Nah, para pengekor<br />
ini banyak yang menitipkan penjualan tiket<br />
kepada mereka.<br />
Usaha penjualan tiket inilah yang akhirnya<br />
malah diseriusi keluarga itu. Saat sang ayah<br />
meninggal, ibu Joko—bernama Ida Kurani<br />
Soedibjo atau Ibu Dibjo—meneruskan<br />
bisnisnya. “Hingga saat ini (bisnis) di tangan<br />
kami setelah ibu kami wafat,” ucapnya.<br />
Segala jenis tiket mereka jual, dari pentas<br />
musik sampai pertandingan sepak bola.<br />
“Zaman dulu, saat Ketua PSSI Bardosono,<br />
sering juga PSSI mendatangkan tim-tim luar<br />
negeri ke Indonesia, itu luar biasa ramainya,”<br />
katanya. Jika ada artis asing datang—sampai<br />
1990-an, hal ini sangat jarang terjadi—antrean<br />
akan mengular di depan kantor mereka di<br />
Cikini Raya, Jakarta Pusat.<br />
MAJALAH DETIK 14 - 20 SEPTEMBER 2015