13.09.2015 Views

PENANTANG RISMA DARI MIRA W KE ASMA NADIA

20150914_MajalahDetik_198

20150914_MajalahDetik_198

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

SELINGAN<br />

Bersama aktris Widyawati<br />

dalam sebuah pertemuan<br />

beberapa waktu lalu.<br />

DOK. WIDYAWATI<br />

Femina pada 1977. Maklum, tak mudah bagi<br />

setiap penulis agar karyanya dimuat di majalah<br />

wanita itu. Pada tahun itu juga Mira menulis<br />

Sepolos Cinta Dini, yang kemudian dimuat<br />

sebagai cerita bersambung di harian Kompas<br />

pada 1978, dan Dr Nona Friska, yang dimuat di<br />

majalah Dewi pada 1977. Nona Friska kemudian<br />

difilmkan menjadi Kemilau Kemuning Senja<br />

pada 1980, dengan Widyawati sebagai pemeran<br />

utamanya.<br />

Popularitasnya yang terus menanjak serta<br />

karyanya yang banyak difilmkan tak membuat<br />

Mira terjebak dalam komersialisasi. Ia amat<br />

menjaga energi dan idealismenya dalam menulis.<br />

Salah satu kiatnya adalah menolak permintaan<br />

para produser film maupun penerbit buku<br />

untuk menulis cerita sesuai tema yang tengah<br />

digandrungi masyarakat. Mira menyatakan hanya<br />

bisa dan mau menulis yang diketahui dan<br />

dirasakannya. “Jadi, kalau sedang jenuh, ya saya<br />

tak bisa dibujuk-bujuk buat nulis. Tapi saya beruntung<br />

Gramedia tak pernah sekali pun mengintervensi,”<br />

ujarnya.<br />

Mira juga tak pernah mau ribet dengan urusan<br />

honor maupun royalti atas novel-novelnya<br />

maupun karya yang diangkat menjadi film.<br />

“Saya tak pernah mau mematok harga, semua<br />

dibicarakan secara kekeluargaan saja,” ujar<br />

penulis seangkatan Maria A. Sardjono dan S.<br />

Mara Gd. itu.<br />

Soal berapa besaran honor yang diterimanya<br />

dari penerbit maupun produser yang memfilmkan<br />

novel-novelnya, dokter lulusan Universitas<br />

Trisakti pada 1979 itu menggeleng. Yang<br />

pasti, dari honornya menulis, Mira mengaku<br />

telah menjejakkan kaki di puluhan negara di<br />

Asia, Eropa, dan Australia.<br />

Bagi Mira, menulis maupun berkarya dalam<br />

kesenian tak sepenuhnya mengandalkan bakat.<br />

Hal utama, kata dia, adalah kesediaan terus<br />

belajar dan mencintai profesi yang ditekuni.<br />

Tanpa kedua hal itu, seberapa baik pun bakat<br />

yang dipunyai seseorang tak akan bisa menghasilkan<br />

karya yang monumental.<br />

Hal lain yang tak banyak diketahui khalayak,<br />

novel-novel karya Mira bukan cuma banyak<br />

yang difilmkan, tapi juga menjadi bahan pengajaran<br />

di sekolah-sekolah menengah. Pada<br />

1980-an, menurut Mira, novel seperti Kuduslah<br />

Cintamu Dokter, Dari Jendela SMP, dan Masih<br />

MAJALAH DETIK 31 AGUSTUS - 6 SEPTEMBER 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!