10.04.2013 Views

FILSAFAT KORUPSI - Direktori File UPI

FILSAFAT KORUPSI - Direktori File UPI

FILSAFAT KORUPSI - Direktori File UPI

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

er;ubah, [bukan/tidak] hakim, maupun seseorang selain itu, boleh jadi sadar akan proses ini<br />

[dari;ttg] karatan hal tentang pengadilan, atau genap mampu menjadi sadar akan itu ( beban<br />

kerja berat/lebat yang diberi, ketidakhadiran [dari;ttg] informasi statistik, dll.). Tampaknya<br />

[hakim/wasit] ini belum mengalami suatu proses [dari;ttg] korupsi pribadi, dan ini adalah alasan<br />

[yang] kita adalah disinclined untuk memandang situasi ini [sebagai/ketika] salah satu dari<br />

korupsi kelembagaan.<br />

One residual question here is whether or not institutional role corruption could exist in<br />

the absence of the undermining of institutional processes and/or institutional purposes.<br />

Perhaps it could not for the reason that an institutional role is defined in large part in<br />

terms of the institutional purposes that the role serves as well as the institutional<br />

processes in which the role occupant participates in the service of those institutional<br />

purposes. A possible counterexample might be that of a ―sleeper‖: an official who accepts<br />

regular pay from a foreign spy agency but has not and perhaps never will be asked for<br />

any reciprocal service. At any rate, the close relationship between institutional roles on<br />

the one hand, and institutional processes and purposes on the other, explains why<br />

institutional corruption typically involves both the despoiling of institutional role<br />

occupants qua institutional role occupants and the undermining of institutional processes<br />

and purposes.Finally, we need to formulate the first hypothesis precisely. The hypothesis<br />

is that, to be corrupt, an action must involve a corruptor who performs the action or a<br />

person who is corrupted by it. Of course, corruptor and corrupted need not necessarily be<br />

the same person, and indeed there need not be both a corruptor and a corrupted; all that is<br />

required is that there be a corruptor or a corrupted person. Satu di sini pertanyaan bersifat<br />

sisa adalah ya atau tidaknya peran kelembagaan korupsi bisa ada di [dalam] ketidakhadiran<br />

penggangsiran [dari;ttg] proses kelembagaan dan/atau tujuan kelembagaan. Barangkali [itu] tidak<br />

bisa untuk alasan yang suatu peran kelembagaan digambarkan [part;bagian] besar dalam kaitan<br />

dengan tujuan yang kelembagaan [bahwa/yang] peran bertindak sebagai baik seperti proses<br />

yang kelembagaan di mana penghuni peran mengambil bagian [jasa;layanan] tujuan<br />

kelembagaan itu semua . Suatu counterexample mungkin boleh jadi itu a " penidur": suatu<br />

pejabat [siapa] yang menerima upah reguler dari suatu agen mata-mata asing tetapi tidak<br />

mempunyai dan barangkali tidak pernah akan [jadi] diminta manapun [jasa;layanan] timbal balik.<br />

Bagaimanapun juga, hubungan erat antar[a] peran kelembagaan pada [atas] [yang] satu tangan,<br />

dan proses kelembagaan dan bermaksud pada [atas] lain, menjelaskan mengapa korupsi<br />

kelembagaan [yang] secara khas melibatkan kedua-duanya rampasan [dari;ttg] penghuni peran<br />

kelembagaan sebagai penghuni peran kelembagaan dan penggangsiran [dari;ttg] proses<br />

kelembagaan dan purposes.Finally, kita harus merumuskan hipotesis yang pertama [yang]<br />

dengan tepat. Hipotesis adalah bahwa, untuk;menjadi merusak, suatu tindakan harus melibatkan<br />

suatu koruptor [siapa] yang melaksanakan tindakan [itu] atau seseorang [siapa] yang dirusak<br />

oleh itu. Tentu saja, koruptor dan dirusak tidak perlu perlu adalah sama orang, dan tentu saja<br />

[di/ke] sana tidak perlu jadilah kedua-duanya suatu koruptor dan suatu dirusak; (itulah) semua<br />

yang diperlukan adalah bahwa [di/ke] sana jadilah suatu koruptor atau seorang orang dirusak.<br />

The first hypothesis expresses a necessary condition for an action being an instance of<br />

institutional corruption and, indeed, for its being an instance of corruption at all. This first<br />

hypothesis has turned out to be correct. Hipotesis yang pertama menyatakan suatu kondisi<br />

perlu untuk suatu tindakan menjadi kejadian [dari;ttg] korupsi kelembagaan dan, tentu saja,<br />

untuk/karena asalnya suatu kejadian korupsi sama sekali. Hipotesis [yang] pertama ini telah<br />

ternyata adalah benar.<br />

Second Hypothesis: The Causal Character of Corruption<br />

11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!