FILSAFAT KORUPSI - Direktori File UPI

yang ia percaya untuk;menjadi [hak/ kebenaran] secara moral; tindakan nya adalah suatu
kejadian [dari;ttg] korupsi penyebab mulia. Lebih dari itu, dari suatu setelah dipertimbangkan
sudut pandang- dan khususnya, dipandang dari sudut kekuatan kewajiban moral yang berhutang
ke sahabat karib ketika hidup mereka berhadapan dengan resiko- tindakan nya boleh sungguh
secara moral dibenarkan. Maka, tindakan korupsi nya boleh baik bukan mempunyai suatu
merusak efek pada [atas] [sen]dirinya. Secara masuk akal/jujur, ini menjelaskan manapun
kecenderungan kita mungkin tidak mempunyai untuk menguraikan tindakan nya sebagai suatu
tindakan korupsi. Tetapi dari fakta bahwa orang tidaklah dirusak ia/nya tidak mengikuti
[bahwa/yang] tindakan tidak merusak. Lebih dari itu, [itu] tidak genap mengikuti bahwa beberapa
orang atau lain tidaklah dirusak. Dengan jelas, di (dalam) contoh [kita/kami], petugas imigrasi
telah dirusak.
Now consider a police officer in India whose meagre wages are insufficient to enable him
to feed, clothe, and educate his family, and who is prohibited by law from having a
second job. Accordingly, he supplements his income by accepting bribes from certain
households in a wealthy area in return for providing additional surveillance and thus
greater protection from theft; this has the consequence that other wealthy households tend
to suffer a somewhat higher level of theft than otherwise would be the case. The police
officer is engaged in corruption, and his corruption has a noble cause, viz. to provide for
the minimal wellbeing of his family. Moreover, arguably his noble cause corruption is
morally justified by virtue of the moral obligations he has to provide for the basic needs
of his family.In this section the following propositions have been advanced: (a) the
phenomenon of noble cause corruption is a species of corruption, and it is seen to be so
by the lights of this account of corruption; (b) conceivably, some acts of noble cause
corruption are morally justified. Sekarang mempertimbangkan suatu polisi di (dalam) India
gaji sedikit/tidak cukup/kurus a siapa adalah tidak cukup untuk memungkinkan dia untuk
memberi makan, mendadani, dan mendidik keluarga nya, dan siapa yang dilarang di depan
hukum dari mempunyai;nikmati suatu pekerjaan detik/second. [Yang] maka, ia melengkapi
pendapatan nya dengan diterimanya uang suap dari rumah tangga tertentu di (dalam) suatu area
kaya sebagai penukar menyediakan pengawasan tambahan dan [dengan] begitu perlindungan
lebih besar dari pencurian; ini mempunyai konsekwensi yang lain rumah tangga kaya [tuju/
cenderung] untuk menderita suatu sedikit banyak(nya) untuk tingkat yang lebih tinggi pencurian
dibanding jika tidak akan adalah kasus [itu]. Polisi sibuk dengan korupsi, dan korupsi nya
mempunyai suatu penyebab mulia, viz. untuk menyediakan yang minimal wellbeing keluarga nya.
Lebih dari itu, yang dapat dibantah korupsi penyebab [yang] mulia nya secara moral dibenarkan
berdasarkan atas kewajiban moral [yang] ia harus menyediakan [itu] kebutuhan dasar keluarga
nya. Di (dalam) bagian ini dalil yang berikut telah [maju/lanjut]: ( a) peristiwa [dari;ttg] korupsi
penyebab mulia adalah suatu jenis korupsi, dan [itu] nampak menjadi sangat oleh terang
rekening/tg-jawab korupsi ini; ( b) secara masuk akal, beberapa tindakan [dari;ttg] korupsi
penyebab mulia secara moral dibenarkan.
4. Conclusion
In the light of the diverse range of corrupt actions, and the generic nature of the concept
of corruption, it is unlikely that any precise and detailed definition of institutional
corruption is possible. Nor is it likely that the field of corrupt actions can be neatly
circumscribed by recourse to a set of self-evident criteria. Rather we should content
ourselves with the somewhat vague and highly generic definition of institutional
corruption provided above; and then proceed in a relatively informal and piecemeal
manner to try to identify a range of moral and/or legal offences that are known to
31