10.04.2013 Views

FILSAFAT KORUPSI - Direktori File UPI

FILSAFAT KORUPSI - Direktori File UPI

FILSAFAT KORUPSI - Direktori File UPI

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

disibukkan dengan suatu tindakan korupsi. Mengapa adalah Imam Tindakan b merusak? Sebab<br />

[itu] melayani untuk mengikis suatu sah menurut hukum, dan proses kelembagaan secara moral<br />

sah, viz. perkawinan antar[a] dua menyetujui orang dewasa [siapa] yang tidaklah telah dinikahi.<br />

Tetapi Imam Suatu tindakan tidaklah merusak. Mengapa? Sebab suatu [yang] diperlukan, tetapi<br />

prosedur kelembagaan secara moral tak dapat diterima- menolak untuk menikah dua menyetujui<br />

orang dewasa sebab mereka adalah dari kelompok [ras/lomba] berbeda- tidak bisa dirusak. [Itu]<br />

tidak bisa dirusak sebab [itu] tidaklah secara moral sah untuk mulai dengan. Tentu saja, larangan<br />

yang sah/tentang undang-undang pada [atas] perkawinan ke seberang pembedaan suku bunga<br />

dengan sendirinya suatu korupsi institusi perkawinan. Maka Imam Suatu tindakan menikah orang<br />

[laki-laki] yang hitam dan perempuan yang putih bukanlah corrupt.[20]<br />

A further point arising from this example pertains to the possibility of one institution (the<br />

apartheid South African government) corrupting another institution (the church in<br />

apartheid South Africa). Other things being equal, in so far as the priests (and other<br />

relevant institutional actors) in the church acted as Priest A did, i.e., resisted the<br />

apartheid laws, the church as an institution would not have been corrupted. Moreover,<br />

the apartheid government's undermining of the institutional processes of the church did<br />

not in itself constitute corruption, since the government and its leaders are not per se —<br />

at least in a secular state — role occupants of the institution of the church. What of those<br />

priests who complied with the apartheid laws and did not marry mixed race couples?<br />

Here we need to distinguish mere compliance with the apartheid laws from embracing<br />

the laws. A priest might have complied with the apartheid law, but done so only because<br />

no mixed race couple ever approached him to marry them. Presumably, such a priest was<br />

neither a corruptor nor a person corrupted. What of a priest who actively supported the<br />

apartheid law by condemning such mixed-race marriages as not legitimate in the eyes of<br />

God, denouncing the priests who performed them, and so forth? Presumably, this priest<br />

has been corrupted and — in so far as he is successful in his endeavours — he is a<br />

corruptor of the institution of marriage. Suatu titik lebih lanjut timbul dari contoh ini<br />

menyinggung kepada kemungkinan satu institusi ( Pemerintah Dari Afrika Selatan pembedaan<br />

ras) merusak institusi lain ( gereja di (dalam) Afrika Selatan pembedaan ras). Lain berbagai hal<br />

tetap sama, sepanjang para imam ( dan lain relevan para aktor kelembagaan) di (dalam) gereja<br />

bertindak sebagai Imam [Adalah] suatu lakukan, yaitu., yang ditentang hukum pembedaan ras,<br />

gereja sebagai suatu institusi tidak akan jadi dirusak. Lebih dari itu, pembedaan ras<br />

penggangsiran pemerintah proses yang kelembagaan gereja tidak dengan sendirinya<br />

[mendasari/membuat] korupsi, [karena;sejak] pemerintah dan para pemimpin nya tidaklah yang<br />

didalam (dirinya)- sedikitnya di (dalam) suatu secular status- penghuni peran institusi gereja [itu].<br />

Bagaimana tentang para imam itu [siapa] yang mentaati hukum pembedaan ras [itu] dan tidak<br />

menikah kopel [ras/lomba] dicampur? Di sini kita harus menciri semata-mata pemenuhan dengan<br />

hukum pembedaan ras dari memeluk hukum [itu]. Seorang imam mungkin telah mentaati hukum<br />

pembedaan ras [itu], tetapi juga hanya sebab tidak (ada) [ras/lomba] dicampur memasangkan<br />

pernah mendekati dia untuk menikah [mereka/nya]. Kiranya, imam seperti itu bukan suatu<br />

koruptor maupun seseorang merusak. Bagaimana tentang seorang imam [siapa] yang dengan<br />

aktip mendukung hukum pembedaan ras [itu] dengan [tidak/jangan] hukuman seperti mixed-race<br />

perkawinan dalam pandangan sah Tuhan, mengumumkan para imam [itu] [siapa] yang<br />

melakukan [mereka/nya], dan sebagainya? Kiranya, imam ini telah dirusak dan- sepanjang ia<br />

adalah sukses usaha nya- ia adalah suatu koruptor institusi perkawinan.<br />

There are two residual points to be made in conclusion.<br />

Firstly, the despoiling of the moral character of a role occupant, or the undermining of<br />

institutional processes and purposes, would typically require a pattern of actions — and<br />

25

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!