12.11.2014 Views

bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

artinya saling memahami dan menghargai secara manusiawi. Dengan<br />

pendekatan ‘sikapatau’ maka kehidupan orang Makassar dapat mencapai<br />

keharmonisan, dan memungkinkan kehidupan masyarakat berjalan secara<br />

w<strong>ajar</strong> sesuai harkat dan martabat manusia. Seluruh perbedaan derajat sosial<br />

– turunan bangsawan dan rakyat jelata – tercairkan. Yang dinilai atas diri<br />

seseorang adalah kepribadiannya. Sikap <strong>budaya</strong> ‘sikapatau’ dijabarkan<br />

dalam konsepsi siri’ na pacce. ‘Sikapatau’ dalam kegiatan ekonomi sangat<br />

mencela adanya kegiatan yang selalu hendak ‘annunggalengi’ (egois) , atau<br />

memonopoli lapangan hidup yang terbuka.<br />

C. Sistem Sosial<br />

1. Sistem Norma<br />

Masyarakat Bugis dan Makassar terikat oleh sistem norma dan aturan-aturan<br />

adatnya disebut panngaderreng (Bugis) atau panngadakkang (Makassar).<br />

Sistem adat keramat tersebut didasarkan atas lima unsur pokok, yaitu:<br />

a) Ade’ (Bugis) atau ada’ (Makassar), yaitu unsur dari panganderreng yang<br />

terdiri dari atas:<br />

1) Ade’ akkalabinengeng, yaitu norma-norma hal mengenai perkawinan<br />

serta hubungan kekerabatan. Norma-norma ini kemudian diwujudkan<br />

sebagai kaidah-kaidah keturunan, etika dalam hal berumah tangga,<br />

dan sopan santun pergaulan antara kaum kerabat.<br />

2) Bicara, merupakan unsur panngaderreng mengenai semua kegiatan<br />

dan konsep-konsep yang bersangkut paut dengan peradilan, kurang<br />

lebih sama dengan hukum acara, menentukan prosedur serta hak-hak<br />

dan kewajiban seseorang yang mengajukan kasusnya di muka<br />

pengadilan atau yang mengajukan gugatan.<br />

3) Rapang, berarti perumpamaan, kias, atau analogi. Sebagai unsur dari<br />

panngaderreng, rapang menjaga kepastian dan kesinambungan dari<br />

suatu keputusan hukum tak tertulis dari masa lampau sampai<br />

sekarang dengan membuat analogi antara kasus yang dihadapi<br />

dengan keputusan masa lampau.<br />

Rapang juga berupa perumpamaan tingkah laku ideal dalam berbagai<br />

lapangan hidup, baik kekerabatan, politik, maupun pemerintahan.<br />

Selain itu rapang juga berwujud sebagai pandangan keramat untuk<br />

114 | P a g e

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!