bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Tuan tanah: seorang yang ahli dalam bidang pertanahan dan<br />
kependudukan<br />
Kapitan: seorang yang ahli dalam peperangan<br />
Kewang: seorang yang bertugas menjaga hutan<br />
Marinyo: seorang yang bertugas menyampaikan berita dan<br />
pengumuman.<br />
3. Sistem Ekonomi<br />
Mata pencaharian utama mereka adalah sebagai nelayan tradisional dan<br />
petani lahan kering (54%). Perahu mereka dibuat dari satu batang kayu, yang<br />
dilengkapi dengan cadik; perahu ini dinamakan perahu Semah. Perahuperahu<br />
besar untuk berdagang disebut Jungku atau Orambi. Ada juga perahu<br />
yang dibuat dari papan oleh orang Ternate, dinamakan Pakatora. Cara<br />
menangkap ikan dapat dengan kail, dengan harpun untuk ikan-ikan yang<br />
besar, dan dengan jarring.<br />
Sebagai petani lahan kering mereka membuka sebidang tanah di hutan<br />
dengan menebang pohon dan membakarnya. Ladang yang telah dibuka<br />
ditanami dengan memakai tongkat, tanpa irigasi. Umumnya yang ditanam<br />
adalah kentang, kopi, cengkeh, tembakau yang umumnya dikonsumsi sendiri<br />
(mereka menanam di cucuran atap sehingga air hujan dapat menyiram<br />
tanaman tembakau tersebut), dan buah-buahan. Ada juga yang menanam<br />
tebu, singkong, jagung, dan kacang. Selain itu mereka juga sudah menanam<br />
padi dengan teknik persawahan Jawa.<br />
Di samping berladang, mereka juga berburu rusa, babi hutan, dan burung<br />
kasuari. Mereka melontarkan lembing dan juga menggunakan jerat.<br />
Sagu adalah makanan pokok orang Maluku pada umumnya. Pohon sagu<br />
tumbuh amat banyak, oleh karenanya tak perlu ditanam. Pohon yang telah<br />
cukup umur (antara 6-15 tahun) ditebang, batangnya dibelah, lalu terasnya<br />
yang berisi tepung dipukul-pukul sehingga menjadi lepas. Serat-serat tadi<br />
dicuci dan diperas-peras di atas saringan dari kain sehingga tepungnya dapat<br />
ditadah. Kemudian tepung itu dicetak menjadi kotak-kotak, dan dinamakan<br />
tuman, atau dimasak menjadi bubur kental (papeda).<br />
4. Sistem Pengetahuan<br />
89 | P a g e