bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
bahan ajar budaya nusantara ii - Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
c. Keanekaan Agama<br />
Sebagian besar penduduk suku Bugis dan Makassar adalah pemeluk<br />
agama Islam, juga ada yang memeluk agama Kristen Protestan atau<br />
Katolik. Umat Protestan atau Katolik umumnya terdiri dari orang Maluku,<br />
Minahasa, dan orang Toraja. Mereka ini tinggal di kota-kota, terutama<br />
Ujung Pandang.<br />
Dakwah Islam dilakukan oleh organisasi Islam yang amat aktif seperti<br />
Muhammadiyah, Darudda’wah Wal Irsjad, partai-partai politik Islam dan<br />
Ikatan Mesjid dan Mushalla dengan pusat Islamnya di Ujung Pandang.<br />
Kegiatan Misi Katolik dan Penyebar Injil juga ada di Sulawesi Selatan<br />
d. Upacara Adat<br />
Upacara adatnya antara lain:<br />
1) Prosesi Madduik, menjaga kelestarian dan keutuhan rumah adat,<br />
d<strong>ii</strong>ringi dengan kesenian masyarakat karampuang seperti<br />
Mappadekko, Elong Poto, Buruda’ dan Sikkiri<br />
2) Ma’Rimpa Salo (‘Menghalau ikan di sungai’) Manivestasi dari<br />
rasa syukur atas keberhasilan panen ikan dan panen padi<br />
3) Ritual Palili, sebagai tanda mulai mengerjakan sawah<br />
7. Kesenian<br />
a. Makanan Khas:<br />
1) Cotto Makassar, terbuat dari isi perut dan daging sapi. Dihidangkan<br />
dengan ketupat<br />
2) Sup konro: daging sapi dengan kuah yang diberi keluwak. Dimakan<br />
dengan ketupat<br />
3) Es Pallu Butung: Pisang dipotong dimasak dengan santan, tepung ,<br />
gula pasir, vanili dan sedikit garam. Disajikan dengan es serut dan<br />
sirop merah (sirop pisang Ambon).<br />
4) Barongko: makanan penutup yang dibuat dari pisang kepok, ditambah<br />
buah nangka dan kelapa muda, yang dibungkus dengan daun pisang<br />
dan dikukus.<br />
b. Tarian<br />
1) Tari Gandrangbulo: berbentuk teater tradisional<br />
124 | P a g e