Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
INTERNASIONAL<br />
INI SUDAH JELAS<br />
PEMBUNUHAN<br />
POLITIK.”<br />
enak badan. Malam itu dia muntah berulang<br />
kali. Kondisi Alexander terus memburuk hingga<br />
dua hari kemudian Marina memanggil mobil<br />
ambulans dan melarikannya ke rumah sakit.<br />
“Aku sempat merasa dia akan pulih kembali,”<br />
kata Marina. Tapi kondisi Alexander tak kunjung<br />
membaik. Dokter juga gagal mengidentifikasi<br />
apa penyebab sakitnya. Belakangan,<br />
setelah Alexander meninggal pada 23<br />
November, pemeriksaan oleh Badan<br />
Perlindungan Kesehatan Inggris menemukan<br />
jejak radioaktif polonium-210 di<br />
tubuhnya.<br />
Bagaimana material radioaktif itu<br />
bisa masuk ke tubuhnya? Polisi dan MI6, Dinas<br />
Intelijen Inggris, tempat Litvinenko bekerja<br />
sebagai konsultan, langsung curiga kepada Lugovoi<br />
dan Kovtun. Tak seperti material radioaktif<br />
lain, polonium-210 tak terendus detektor<br />
di bandara karena dia tak memancarkan radiasi<br />
gamma.<br />
Menurut Craig Mascall, detektif yang memimpin<br />
investigasi kasus kematian Litvinenko,<br />
ada jejak polonium di setiap tempat yang<br />
disentuh dan dikunjungi Lugovoi maupun Kovtun.<br />
Sisa polonium ditemukan di pintu toilet<br />
dan pengering tangan. Jejak material radioaktif<br />
itu juga ditemukan di kamar mereka di Hotel<br />
Millennium, bahkan hingga ke bangku pesawat<br />
menuju Rusia.<br />
Sisa polonium-210 juga ada di teko teh<br />
yang dipakai menjamu Litvinenko. Pada sore<br />
itu, Lugovoi-lah yang menawarinya teh hijau.<br />
“Tehnya sudah dingin dan tanpa gula. Aku tak<br />
menyukainya. Aku mungkin menelan tiga atau<br />
empat kali,” kata Litvinenko. Mascall yakin teko<br />
teh itulah sumber racun polonium yang masuk<br />
ke tubuh Litvinenko.<br />
Penelusuran polisi juga menemukan fakta<br />
bahwa Litvinenko, juga Jim Reilly, telah terpapar<br />
polonium saat bertemu dengan Lugovoi<br />
dan Kovtun dua pekan sebelumnya di kantor<br />
Erinys. Tapi kondisi mereka saat itu tak seburuk<br />
setelah pertemuan kedua Litvinenko dengan<br />
Lugovoi di Pine Bar. Marina yakin, tangantangan<br />
dari Kremlin-lah yang mengatur pembunuhan<br />
suaminya. Pembunuhan Litvinenko<br />
bukan yang pertama, bukan pula yang terakhir.<br />
MAJALAH DETIK 23 FEBRUARI - 1 MARET 2015