12.03.2015 Views

20150309_MajalahDetik_171

20150309_MajalahDetik_171

20150309_MajalahDetik_171

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

NASIONAL<br />

Tumpak H. Panggabean,<br />

mantan pimpinan KPK<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

penghentian penyidikan atau SP-3.<br />

Pelimpahan penanganan perkara Komjen<br />

Budi diputuskan atas kesepakatan bersama<br />

instansi penegak hukum lain dalam rapat di<br />

gedung KPK, Senin, 2 Februari lalu. Pertemuan<br />

dihadiri pemimpin KPK, Jaksa Agung M.<br />

Prasetyo, Wakil Kepala Kepolisian RI Komjen<br />

Badrodin Haiti, Menteri Koordinator Politik,<br />

Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno,<br />

serta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia<br />

Yasonna Laoly.<br />

Namun, hingga Rabu pekan lalu, keempat<br />

kontainer itu belum juga diserahkan ke<br />

Kejaksaan Agung. Alasannya, KPK masih<br />

melengkapinya. “Kemungkinan baru pekan<br />

depan (pekan ini) berkas diserahkan setelah<br />

gelar perkara bersama di Kejaksaan Agung,”<br />

kata seorang sumber majalah detik di KPK.<br />

KPK bisa melakukan gelar perkara bersama<br />

Kejaksaan Agung sebelum kasus dugaan korupsi<br />

BG itu dilimpahkan penanganannya. Hal<br />

ini dikatakan mantan pemimpin KPK, Tumpak<br />

Hatorangan Panggabean, di gedung<br />

KPK, Rabu, 4 Maret lalu.<br />

Tumpak datang ke KPK bersama sejumlah<br />

“sesepuh” lembaga antirasuah tersebut. Mereka<br />

antara lain mantan pemimpin KPK Busyro<br />

Muqoddas dan Haryono Umar serta bekas<br />

penasihat KPK Said Zainal Abidin dan Abdullah<br />

Hehamahua. Soal gelar perkara bersama ini<br />

dituangkan dalam nota kesepahaman (MOU)<br />

yang pernah ditandatangani dua lembaga itu.<br />

“Ada MOU sejak zaman saya (pemimpin KPK<br />

jilid I) sudah ada, apa itu? Sebelum (kasus) dilimpahkan<br />

ke sana (kejaksaan), pertama-tama<br />

harus dilakukan gelar perkara bersama dulu<br />

mengenai kasus itu,” ujarnya.<br />

Dengan dilakukannya gelar perkara bersama,<br />

kedua instansi dapat mengetahui apakah benar<br />

terjadi tindak pidana korupsi. Hal ini dilakukan<br />

untuk memperkecil kemungkinan dikeluarkannya<br />

SP-3 oleh Kejaksaan Agung. Merujuk pada<br />

Undang-Undang KPK, gelar perkara bersama<br />

itu harus diikuti pemimpin komisi tersebut.<br />

Tumpak lalu menuturkan, “Nanti kejaksaanlah<br />

yang menilai setelah dilakukan gelar bersama.<br />

Itu memang menurut ketentuan.”<br />

Bukan hanya gelar perkara bersama, Abdul-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 MARET 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!