Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SENI HIBURAN<br />
TARI<br />
juga guru kehidupan yang mengajarkan jalan<br />
pulang, jalan kembali ke alam asal-muasal. Hidup<br />
dengan membutakan mata dan menulikan<br />
telinga sama saja artinya dengan kehilangan<br />
hati nurani dan nalar.<br />
Hanya semangat Mbah Kawit yang dimunculkan<br />
dalam Srimpi Ketawang Lima Ganep. Karakternya<br />
pernah jadi tokoh utama dalam lakon<br />
Tuh (naskah dibuat pada 1988) yang ditampilkan<br />
Teater Gapit dalam drama berbahasa Jawa.<br />
Sahita memang tak bisa dilepaskan dari<br />
Teater Gapit. Kelompok Teater Tari Sahita asal<br />
Surakarta ini didirikan empat perempuan, yakni<br />
Wahyu Widayati (Inonk), Sri Setyoasih (Ting<br />
Tong), Atik Sulistyaning Kenconosari, dan Sri<br />
Lestari (Cempluk). Awalnya mereka anggota<br />
Teater Gapit, hingga akhirnya sang sutradara,<br />
Bambang Widoyo S.P. (Kenthut), wafat pada<br />
1996. Keempatnya kemudian membentuk Kelompok<br />
Teater Tari Sahita pada 22 Juni 2001,<br />
tahun yang sama dibuatnya naskah Srimpi<br />
Ketawang Lima Ganep.<br />
Karya-karya Kelompok Teater Tari Sahita<br />
yang sebelumnya digelar antara lain Srimpi<br />
Srempet, Iber-iber Tledhek Barangan, Alas Banon,<br />
Gathik Glinding, Rewangan, dan Sendon<br />
Abimanyu. Mereka juga terlibat dalam produksi<br />
seniman-seniman seperti Sardono W. Kusumo<br />
dalam Opera Diponegoro, Garin Nugroho untuk<br />
film Opera Jawa, dan Atilah Soeryadjaya untuk<br />
Matah Ati.<br />
Srimpi Ketawang Lima Ganep sendiri berarti<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 MARET 2015