Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
INTERNASIONAL<br />
Mohammed Emwazi<br />
dan Jihadi John<br />
CHANNEL4<br />
setelah lulus dari Universitas Westminster,<br />
Mohammed dan dua sobatnya, Mohammed<br />
Sakr dan Bilal Berjawi, terbang ke Tanzania untuk<br />
“bersafari”. Namun, saat mereka mendarat<br />
di Bandara Dar es Salaam, petugas keamanan<br />
menghadang.<br />
“Perintah untuk mencegat mereka berasal<br />
dari dinas intelijen Inggris,” ujar pejabat<br />
Imigrasi di Tanzania. Mereka dikirim pulang<br />
ke Inggris lewat Amsterdam, Belanda. Kepada<br />
Asim, Mohammed menuturkan, seorang intel<br />
MI5 bernama Nick menginterogasinya di Amsterdam.<br />
Nick menuduh Mohammed dan dua<br />
temannya berniat pergi ke Somalia dan bergabung<br />
dengan kelompok militan Al-Shabaab.<br />
Intel MI5 itu, menurut Mohammed, membisikkan<br />
ancaman ke telinganya. “Kami akan<br />
terus mengamatimu, Mohammed,” kata Nick.<br />
Setahun kemudian, Mohammed kembali berurusan<br />
dengan agen MI5. Saat itu, pertengahan<br />
Juni 2010, Mohammed siap terbang ke<br />
Kuwait. Ada pekerjaan dan seorang calon istri<br />
yang menunggunya di sana. Hidup baru bagi<br />
Mohammed Emwazi.<br />
Tapi semua angannya itu berantakan. Saat<br />
dia melenggang hendak melewati pemeriksaan<br />
imigrasi di terminal tiga Bandara Heathrow,<br />
London, petugas memerintahkannya untuk<br />
menepi. Setelah menunggu hampir 15 menit,<br />
empat orang petugas datang menginterogasinya.<br />
Tak seperti bayangan Mohammed, interogasi<br />
hari itu sangat panjang, memakan waktu<br />
lebih dari enam jam.<br />
“Aku merasa seperti tahanan, walaupun tak<br />
ada dalam kurungan, dikendalikan oleh petugas<br />
keamanan,” Mohammed mengeluh kepada<br />
Asim setelah gagal terbang ke Kuwait. Setelah<br />
MAJALAH DETIK 9 -15 MARET 2015