You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
INTERNASIONAL<br />
GADIS-GADIS BERPIKIR DIA<br />
ORANG YANG ANEH DAN<br />
BERUSAHA MENJAUHINYA.”<br />
bahkan tak sedikit yang dipecat,” kata Fahad<br />
pekan lalu.<br />
Mohammed bersama orang tua dan ketiga<br />
saudaranya tinggal di kawasan Little Venice,<br />
London Barat. Di Inggris, Jassem bekerja sebagai<br />
sopir taksi. Sebagian temannya di Sekolah<br />
Dasar Saint Mary Magdalene Church of England<br />
mengenang Mohammed sebagai anak<br />
yang pendiam. Di kelasnya, dia merupakan<br />
satu-satunya muslim.<br />
Suatu kali, saat pelajaran<br />
agama, Mohammed diminta<br />
menjelaskan seperti apa Islam<br />
itu. “Dia menulis huruf Arab di<br />
papan tulis dan menjelaskan<br />
bagaimana dia menulis dari<br />
arah yang berlawanan,” kata<br />
seorang temannya. Mohammed<br />
menyukai grup musik<br />
pop dari Inggris, S Club 7, dan<br />
tergila-gila sepak bola. “Dia<br />
selalu bermain sepak bola saat istirahat makan<br />
siang dan pulang sekolah.... Seperti anak lakilaki<br />
lain, dia selalu ingin jadi penyerang.”<br />
Lepas dari Saint Mary, Mohammed melanjutkan<br />
ke Akademi Quintin Kynaston di London<br />
Utara. Si kecil dan pemalu Mohammed mulai<br />
kenal dengan kenakalan remaja. Dia bergabung<br />
dengan geng remaja setempat. “Dia mengisap<br />
ganja dan kadang mabuk-mabukan.... Cerita<br />
bahwa kini dia menjadi seorang muslim yang<br />
ketat dan keras sungguh menggelikan,” ujar<br />
seorang teman sesama muslim di Akademi<br />
Quintin. Celana jins dan baju kedodoran menjadi<br />
“seragam” Mohammed sehari-hari. Gaya<br />
berpakaiannya itu pulalah yang membuat kedua<br />
orang tuanya sering sewot.<br />
Ketimbang mengaji dan menyimak ujar-ujar<br />
ulama di masjid, Mohammed remaja lebih<br />
sering menghabiskan waktu menyedot shisha<br />
di kafe bersama gerombolannya. Tapi Mohammed<br />
tetap seorang pemalu berat. Apalagi dia<br />
punya “trauma” berhadapan dengan gadis.<br />
“Dia tak punya kepercayaan diri. Dia jarang<br />
bicara dengan orang lain. Dan setiap kali bicara,<br />
dia selalu menutup mulutnya. Dia punya<br />
kebiasaan itu setelah seorang gadis bercerita<br />
di depan teman-temannya bahwa bau mulut<br />
MAJALAH DETIK 9 -15 MARET 2015