Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
“Kunci masalah yang dihadapi manusia<br />
di abad mendatang adalah bagaimana<br />
menghadirkan kualitas hidup<br />
yang lebih baik – untuk delapan miliar<br />
orang atau lebih –<br />
tanpa menghancurkan lingkungan.”<br />
Pembangunan PLTN di Indonesia Foto: Dok. WALHI<br />
TANTANGAN PARA ENVIRONMENTALIS<br />
INDONESIA ternyata secara sungguhsungguh<br />
tidak memiliki niat politik untuk<br />
mengembangkan energi terbarukan yang<br />
lebih ramah lingkungan. <strong>Itu</strong> amat berten-<br />
tangan dengan kecenderungan global yang<br />
memberikan respek yang tinggi terhadap<br />
nilai-nilai lingkungan. Selain mengembangkan<br />
bahan bakar organik, dunia kini malah<br />
memberi perhatian untuk mengkonversi biomasa<br />
menjadi energi, baik berupa panas,<br />
listrik, dan energi untuk transportasi. Kota<br />
Vaxjo di selatan Swedia, misalnya, telah<br />
membangun unit pengolah biomasa berkapasitas<br />
77,000 MW. Targetnya adalah<br />
menurunkan emisi gas karbon pada 2010<br />
menjadi separuh dari emisi pada 1993. Dan<br />
sekarang, emisi gas karbon kota itu hanya<br />
3,680 kg/th dibandingkan dengan rata-rata<br />
Swedia yang mencapai 6,000 kg/th dan ratarata<br />
Eropa 9,000 kg/tahun. Airport Oslo di<br />
Norwegia, dipasok dengan energi biomasa<br />
berkapasitas 50-60 GWH/tahun. Di Essent<br />
Belanda telah dibangun unit pengolah<br />
biomasa berkapasitas 600,000 ton biomasa/<br />
th yang memanfaatkan limbah pertanian serta<br />
cangkang kernel sawit. Inggris membangun<br />
fasilitas pengolah litter (biomas kering<br />
sebagai alas kandang) pada unit usaha peter-nakan<br />
unggas berkapasitas 38.5 MW,<br />
yang dapat memasok kebutuhan listrik<br />
sebanyak 93,000 rumahtangga. Kota<br />
Kohuku di Pulau Shihoku yang 84% arealnya<br />
ditutup hutan, membangun pusat pembangkit<br />
tenaga biomas yang berasal dari limbah<br />
hutan.<br />
Indonesia masa depan adalah pengguna<br />
energi batubara dari semula minyak<br />
bumi. Maknanya, Indonesia telah memilih<br />
sumber energi fosil yang memiliki potensi<br />
emisi yang paling besar. Sebagai catatan,<br />
emisi karbon batubara (>80%), minyak bumi<br />
(70-80%), dan gas (60%). Selain emisi<br />
Edward O. Wilson<br />
Ilmuwan, penerima hadiah Pulitzer<br />
Apakah Indonesia<br />
tidak tertarik<br />
untuk<br />
memanfaatkan<br />
sumberdaya<br />
matahari, angin,<br />
gelombang laut,<br />
air gravitasi, dan<br />
biomasa sebagai<br />
sumber penghasil<br />
energi yang<br />
ramah<br />
lingkungan.<br />
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 203