11.01.2013 Views

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Foto: Istimewa<br />

dari kalangan berduit.<br />

Di dalam UU SDA disebutkan, pengguna<br />

sumberdaya air dikenakan iuran untuk<br />

menanggung pembiayaan pengelolaan<br />

sumberdaya air yang penentuannya didasarkan<br />

atas perhitungan ekonomi rasional. Meskipun<br />

besarnya iuran harus mempertimbangkan<br />

kemampuan ekonomi kelompok pengguna<br />

namun tidak disebutkan mekanisme<br />

penghitungannya bagi kelompok yang tidak<br />

mampu.<br />

Liberalisasi berbagai sektor yang menyangkut<br />

hajat hidup orang banyak tidak<br />

terlepas dari skema dominan dari globalisasi<br />

ekonomi. Dampak yang sangat gamblang<br />

adalah terjadinya suatu fenomena everything<br />

is for sale, bahkan untuk hal-hal yang<br />

semula dianggap keramat dan tidak mung-<br />

kin dijual, seperti kesehatan, pendidikan, kearifan<br />

tradisional, kode genetik, bibit, dll.<br />

Demikian pula di sektor air. Beberapa pengalaman<br />

di negara-negara yang sebelumnya<br />

telah menerapkan liberalisasi sektor air<br />

membuktikan bahwa telah terjadi berbagai<br />

dampak di antaranya sebagai berikut:<br />

Terjadinya ketidakadilan sosial; satu<br />

dampak utama dari globalisasi ekonomi<br />

adalah makin lebarnya jurang antara si kaya<br />

dan si miskin. Seperlima (20%) populasi terkaya<br />

dunia mengkonsumsi 86% total sumberdaya<br />

yang ada di dunia. Liberalisasi di sektor<br />

air juga akan menyebabkan keterbatasan akses<br />

bagi rakyat miskin untuk mendapatkan<br />

air dalam kualitas dan kuantitas yang<br />

memadai. Liberalisasi air di berbagai<br />

negara menunjukkan bahwa harga air yang<br />

dijual oleh korporasi makin lama mengalami<br />

peningkatan, yang seringkali tidak diimbangi<br />

dengan peningkatan kualitas. Privatisasi<br />

PDAM di DKI Jakarta yang dimulai pada 1<br />

Februari 1998 ternyata tidak menunjukan<br />

kinerja yang menggembirakan. Dari jajak<br />

pendapat yang dilakukan Majalah Tempo<br />

edisi 26 November 2000 di DKI Jakarta menunjukkan<br />

bahwa kualitas dan layanan produksi<br />

PDAM belum bagus. Oleh karena itu<br />

sebagian besar responden menolak kenaikan<br />

tarif yang diusulkan oleh PDAM. Kesimpulan<br />

yang hampir mirip juga pernah dilakukan<br />

oleh Harian Republika edisi 26 Februari<br />

2000 yang mengatakan bahwa hasil jajak<br />

pendapat dari pemakai PDAM DKI Jakarta<br />

mengeluhkan kualitas dan pelayanan yang<br />

belum meningkat semenjak diswastanisasikan.<br />

Hilangnya ketahanan dan kedaulatan<br />

pangan; ketika suatu DAS dikuasai oleh<br />

korporasi –sebagaimana yang dipersyaratkan<br />

dalam WATSAL—petani skala kecil tidak<br />

lagi memiliki kedaulatan atas pemanfaatan<br />

air bagi pertaniannya. Aliran air ke<br />

sawah mereka dapat sewaktu-waktu diputus<br />

oleh korporasi penguasa DAS untuk kepentingan<br />

kelompok tertentu yang dapat membayar<br />

lebih mahal. Ketika terjadi musim kering<br />

di Meksiko bagian tengah (1995) pemerintah<br />

Meksiko memutus suplai air ke petani<br />

demi memenuhi kebutuhan industri asing<br />

yang beroperasi di wilayah tersebut. Di Indonesia,<br />

petani harus rela tidak mendapat-<br />

kan air karena pintu air dari waduk Jatiluhur<br />

ditutup untuk kepentingan penyelenggaraan<br />

Pekan Olahraga Nasional (PON). Bayangkan<br />

bila nantinya DAS tersebut dikuasi sepenuhnya<br />

oleh korporasi multinasional.<br />

Kerusakan lingkungan; pengelolaan<br />

sumberdaya air yang bertumpu pada korporasi<br />

multinasional akan lebih mengutamakan<br />

profit di atas fungsi-fungsi sosial dan<br />

kelestarian. Apalagi ketika terjadi liberalisasi<br />

dimana air akan dapat dijadikan komoditi<br />

untuk ekspor. Paradigma pembangunan<br />

ekonomi yang berorientasi ekspor akan menyebabkan<br />

terjadinya pengurasan sumbersumber<br />

air secara besar-besaran tanpa<br />

mempertimbangkan aspek kelestarian dan<br />

fungsi-fungsi ekologisnya, seperti halnya<br />

yang telah terjadi di sektor kehutanan dan<br />

pertambangan.<br />

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK); Pengalaman<br />

di berbagai negara menunjukkan<br />

bahwa seringkali privatisasi selalu diikuti dengan<br />

terjadinya PHK. Di Inggris, korporasi<br />

mem-PHK sekitar 25% dari pekerjanya, yang<br />

mencakup sekitar 100.000 orang pekerja,<br />

ketika mereka memperoleh hak atas sistem<br />

pengelolaan air. Di Eropa Timur, ketika terjadi<br />

privatisasi sektor air, mereka merumahkan<br />

30% dari pekerjanya dalam kurun waktu<br />

beberapa tahun saja. Demikian pula yang<br />

terjadi di Sidney, Australia. Ketika Dewan<br />

Air diprivatisasi, ribuan pekerja kehilangan<br />

pekerjaannya dan harga air yang dibebankan<br />

kepada konsumen naik dua kali lipat<br />

hanya dalam waktu 4 tahun.<br />

MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 226 KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 227

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!