11.01.2013 Views

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Akibat deregulasi, jumlah bank swasta<br />

meningkat tajam seperti cendawan musim<br />

hujan. Kebijakan ini telah membuat ekonomi<br />

Indonesia rentan terhadap bencana finansial<br />

yang kemudian memang terjadi pada 1997.<br />

Ketika krisis memagut, pada Oktober<br />

1997, tanpa pertimbangan masak IMF berbalik<br />

arah: meminta Bank Indonesia menutup<br />

16 bank. Perintah tak bertanggungjawab ini<br />

memberi pukulan telak kepada seluruh bank.<br />

Dan pemerintah, lewat Bank Indonesia, dipaksa<br />

menyelamatkan situasi. Dengan menerbitkan<br />

obligasi rekap, pemerintah menambah<br />

utang baru sebesar Rp 600 triliun<br />

untuk menyuntik modal bank-bank itu, termasuk<br />

bank-bank swasta milik konglomerat.<br />

Pemerintah Indonesia kini memiliki<br />

utang luar negeri yang besar dan utang dalam<br />

negeri yang sama besarnya. Dengan<br />

dua beban itu, Indonesia sangat rawan terhadap<br />

guncangan ekonomi eksternal. Setiap<br />

guncangan ekonomi dunia potensial memperlemah<br />

rupiah dan sekaligus inflasi<br />

meningkat, yang keduanya bisa membuat<br />

pembayaran utang pemerintah meningkat<br />

secara berlipat-lipat.<br />

Besarnya pembayaran utang luar negeri<br />

dipengaruhi oleh nilai rupiah. Jika rupiah<br />

jatuh maka beban utang luar negeri otomatis<br />

meningkat. Sementara besarnya pembayaran<br />

utang domestik tergantung pada tingkat suku<br />

bunga. Jika suku bunga meningkat akibat<br />

inflasi, seperti setelah pemerintah menaikkan<br />

harga bahan bakar belum lama ini, maka<br />

beban pembayaran otomatis meningkat.<br />

Foto: Antara<br />

Untuk mencapai<br />

kestabilan fiskal, pemerintah<br />

harus menjalankan surplus<br />

primer. Konsekuensinya<br />

pemerintah harus menyunat<br />

pengeluaran, termasuk<br />

menghapus subsidi dan<br />

memangkas dana<br />

pembangunan,<br />

meningkatkan pendapatan<br />

lewat pajak (yang juga<br />

memberatkan rakyat) serta<br />

meminta tambahan utang<br />

baru. Gali lubang tutup<br />

Bank Dunia Mengaku Bersalah<br />

kantong staf dan politisi Indonesia tanpa bisa<br />

dipertanggungjawabkan.”<br />

Beberapa bulan kemudian, pada Februari<br />

1999, Bank Dunia mengeluarkan laporan<br />

pengakuan dosa: para staf lembaga keuangan<br />

itu tidak berusaha mencegah—justru<br />

ikut berkolusi—dalam korupsi Rezim Orde<br />

lubang. Baru.<br />

kan dalam lingkungan Bank Dunia sebagai<br />

Suharto<br />

menyatakan berhenti<br />

dan menyerahkan kekuasaan<br />

pada Habibie,<br />

serta meninggalkan<br />

hutang segunung<br />

PADA Oktober 1998, sebuah laporan<br />

inter Bank Dunia menyebutkan “setidaknya<br />

20%-30% dari dana pemba-<br />

ngunan Indonesia masuk ke dalam<br />

Selama 32 tahun pemerintahannya,<br />

Soeharto menerima US$ 25 miliar pinjaman<br />

Bank Dunia. Dan selama itu pula, Bank Dunia<br />

selalu membuat pujian terhadap situasi<br />

ekonomi Indonesia yang disebutnya sebagai<br />

“keajaiban Asia”.<br />

Para staf Bank Dunia di Jakarta, menurut<br />

laporan tadi, berusaha memoles citra keajaiban<br />

Indonesia terlalu lama demi menjaga<br />

hubungan baik dengan salah satu klien<br />

terbaiknya.<br />

Atau mungkin, kata laporan itu lagi, staf<br />

Bank Dunia terlalu bersemangat untuk menunjukkan<br />

prestasi dirinya dengan membuat<br />

penilaian bagus terhadap kerja mereka di<br />

Indonesia.<br />

Para staf Bank Dunia memegang peran<br />

kunci dalam setiap kebijakan ekonomi Indonesia,<br />

negeri yang ”secara luas dipersepsi-<br />

Foto: Dok.WALHI<br />

Kantor Bank Dunia<br />

keajaiban dan simbol sukses lembaga itu.”<br />

Dengan kantor perwakilan yang besar,<br />

staf Bank Dunia sebenarnya memiliki akses<br />

yang mudah ke pejabat senior yang biasanya<br />

menyiapkan catatan kebijakan rahasia<br />

sehingga semestinya mereka bisa memiliki<br />

peran untuk mencegah korupsi. Tapi, itu tak<br />

dilakukan.<br />

Melaporkan korupsi hanya akan merusak<br />

reputasi Bank Dunia di Indonesia, sehingga<br />

para staf enggan “melihat secara teliti<br />

model pembangunan Indonesia.”<br />

Manajemen Bank Dunia cenderung<br />

mengumbar pepujian terus-menerus terhadap<br />

kinerja pemerintah Indonesia dan secara<br />

signifikan mendukung munculnya rasa puasdiri<br />

serta sikap toleran terhadap penyelewengan.<br />

Hasilnya: korupsi terus menjadi<br />

problem di Indonesia.<br />

MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 258 GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 259

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!