Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
globalisasi korporat. Perusahaan multinasional<br />
memandang dunia hanya sesuatu yang<br />
bisa dimiliki, dan memandang pasar hanya<br />
sebuah sistem yang didorong oleh keuntungan.<br />
Kita tak bisa memutar jam ke masa<br />
lalu. Namun, pada kenyataannya, kita tak<br />
perlu hidup di abad lalu untuk bisa mengambil<br />
dan menerapkan filosofi hidup seperti<br />
itu, yang sederhana namun mendalam<br />
maknanya.<br />
Filosofi Suquamish bahkan bisa kita<br />
temukan dalam buku Kecil itu Indah (Small<br />
is Beautiful) karangan EF Schumacher yang<br />
terbit pada 1970-an. Tiga puluh tahun silam<br />
Schumacher telah mulai mempertanyakan<br />
arah pembangunan ekonomi global yang<br />
bersifat merusak seperti sekarang. Ekonomi<br />
modern, menurut dia, tidak mempertimbangkan<br />
ongkos ekologis dalam proses produksi<br />
dan konsumsi. Hutan, air bersih, flora dan<br />
fauna, serta keseluruhan ekosistem tidak dimasukkan<br />
dalam kalkulasi ekonomi, melainkan<br />
dianggap sebagai obyek jarahan yang<br />
murah.<br />
Schumacher mulai mempertanyakan<br />
skala, menggugat obsesi manusia pada<br />
sesuatu yang serba besar yang justru memandu<br />
umat manusia kepada kerusakan lebih<br />
besar. Ketika komoditas pangan diproduksi<br />
dalam skala besar untuk dikonsumsi oleh<br />
masyarakat di berbagai belahan dunia,<br />
misalnya, industri membutuhkan bahan<br />
pengawet kimiawi dan kemasan yang tahan<br />
lama, seperti plastik, yang tidak mudah<br />
terurai. Bandingkan dengan bahan pangan<br />
yang diperjualbelikan secara lokal, dalam<br />
kemasan daun pisang yang mudah diurai<br />
dan bersifat ramah lingkungan! Tak hanya<br />
memicu penggunaan bahan yang merusak<br />
lingkungan, perdagangan dunia juga merangsang<br />
konsumsi bahan bakar transportasi<br />
barang dan jasa. Schumacher mengingatkan<br />
kita pada keindahan dari yang kecil-kecil,<br />
dari yang bersifat lokal.<br />
Dan andai saja kita mempelajari serta<br />
menerapkan pemikiran Bung Hatta, salah<br />
satu proklamator Indonesia, negeri ini mungkin<br />
tidak serusak seperti sekarang. Tiga puluh<br />
atau empat puluh tahun lalu, Bung Hatta<br />
banyak menulis tentang konsep demokrasi<br />
politik dan ekonomi. Seperti Schumacher,<br />
Hatta juga menekankan pada dimensi lokal.<br />
Bagi Hatta, desa adalah perwujudan<br />
demokrasi yang paling hakiki, yakni ketika<br />
individu masyarakat terlibat menentukan jalan<br />
hidupnya, pilihan hidupnya. Hatta juga<br />
menekankan kerjasama dan pemerataan<br />
ekonomi yang dikenal sebagai demokrasi<br />
ekonomi seperti tertuang dalam konsep<br />
koperasi.<br />
Namun, yang paling penting dari<br />
sumbangan Hatta adalah pasal 33 dalam<br />
UUD 1945, konstitusi kita, yang menyatakan<br />
bahwa ”bumi, air dan seisinya dikelola oleh<br />
negara untuk kemaslahatan bersama”. Mirip<br />
dengan pidato kepala suku Suquamish, Hatta<br />
berpandangan bumi dan air tidak<br />
diperjualbelikan dan tidak boleh ada<br />
kepemilikan privat atasnya.<br />
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 286<br />
“Siapa yang menanam<br />
pohon, sesungguhnya<br />
menanam harapan”<br />
Lucy Larcom<br />
Aksi kecil di tingkat lokal Foto: Henry Lopulalan