11.01.2013 Views

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

lingkungan. Jika itu pun tak mampu kita lakukan,<br />

maka duduklah dengan manis sambil<br />

berdoa: “Semoga ada orang lain yang menyelamatkan<br />

lingkungan dan hidup kita!” Tapi<br />

tetap harus diingat, bahwa peran aktif itu<br />

menunjukkan sebagus-bagusnya mutu<br />

kemanusiaan seseorang.<br />

Seseorang yang mulai tertarik untuk berbuat<br />

baik terhadap lingkungan atau mulai<br />

terganggu harga dirinya tatkala menemuai<br />

persoalan lingkungan, boleh jadi ia sedang<br />

berproses untuk menjadi seorang environmentalis.<br />

Jika benar adrenalin environmentalsme<br />

sedang mengalir, deras maupun gemericik,<br />

seyogyanya mulai memahami tiga<br />

perkara berikut:<br />

Banjir besar di Jakarta, 2007<br />

Karena itu, adalah<br />

amat patut apabila<br />

setiap orang memilih<br />

bersikap berperan aktif<br />

terhadap persoalan<br />

lingkungan. Jika<br />

punya kemampuan<br />

dan kemauan yang<br />

baik, guna-kan<br />

kekuatan tangan dan<br />

kaki kita untuk<br />

menciptakan<br />

lingkungan<br />

yang lebih baik.<br />

Foto: Greenpeace<br />

Pertama, pahamilah persoalan lingkungan<br />

itu secara holistik, karena lingkungan<br />

bukanlah suatu mosaik yang masing-masing<br />

potongannya berdiri sendiri. <strong>Alam</strong> semesta<br />

merupakan organisme besar yang tersusun<br />

dari organisme-organisme kecil. Organisme-organisme<br />

itu saling berinteraksi membentuk<br />

rantai keseimbangan yang rapuh. Jika<br />

ada gangguan atas alam, maka keseimbangan<br />

akan bergeser ke titik yang tidak pernah<br />

bisa diduga. Sebaliknya, jika gangguan<br />

itu diperbaiki secara “sempurna”, keseimbangan<br />

itu tidak pernah akan kembali ke<br />

titik semula. Seperti goresan benda tajam<br />

pada kulit tangan manusia, meski diobati<br />

dengan baik, kerap meninggalkan luka parut<br />

yang permanen. Tentu saja, perumpamaan<br />

ini amat simplistik.<br />

Jika alam terlanjur terganggu (rusak),<br />

maka upaya-upaya perbaikannya akan memerlukan<br />

energi yang jauh lebih besar<br />

dibanding dengan memeliharanya tatkala ia<br />

belum rusak. Bayangkan ada hamparan tanah<br />

pada bidang yang curam. Secara arif<br />

setiap orang bisa memeliharanya dengan<br />

cara menjaga vegetasi pepohonan agar tetap<br />

tumbuh di atasnya, serta tidak memberikan<br />

beban berlebihan, misalnya tidak<br />

menjadikan lahan seperti itu menjadi komplek<br />

permukiman. Secara teknis, itu bisa<br />

dilakukan secara amat mudah. Namun tatkala<br />

hamparan lahan itu sudah longsor, maka<br />

mengembalikan lahan itu menempel pada Walhi<br />

bentang alam semula, adalah pekerjaan Dok.<br />

yang memerlukan energi yang amat dahsyat. Foto:<br />

Produk lokal pilihan utama Kaum<br />

<strong>Environmentalis</strong><br />

MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 303

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!