Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Tabiat pengurus negara untuk<br />
memperdagangkan kekayaan bumi<br />
Indonesia secara cepat, murah, marak,<br />
dan mudah justru semakin diperteguh<br />
dari tahun ke tahun. Ditahun 2007,<br />
pemerintah dan parlemen kembali<br />
membuat beberapa peraturan<br />
perundangan yang semakin menjebak<br />
Indonesia dalam relasi yang tidak adil<br />
secara global itu.<br />
diambil oleh lembaga peradilan. Lolosnya<br />
Adelin Lis atas kasus pembalakan hutan di<br />
Sumatera Utara melalui Keputusan Pengadilan<br />
Negeri Medan No.2240/Pid.B/2007<br />
tanggal 5 November 2007; ditolaknya<br />
gugatan WALHI atas PT. Newmont Minahasa<br />
Raya (NMR) terkait pembuangan limbah B3<br />
(tailing) ke Teluk Buyat melalui Keputusan<br />
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.548/<br />
Pdt.G/2007 pada 18 Desember 2007; serta<br />
diabaikannya kesalahan PT Lapindo Brantas<br />
dengan menyebutkan tragedi lumpur panas<br />
Lapindo sebagai bencana alam melalui Keputusan<br />
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,<br />
No.284/Pdt.G/2007 pada 27 Desember<br />
2007 lalu, adalah tiga kasus yang secara<br />
terang-terangan mencederai rasa keadilan<br />
dan kebutuhan akan keberlanjutan lingkung-<br />
an hidup di Indonesia.<br />
Bencana ekologis yang tidak juga teratasi<br />
telah membawa Indonesia keambang<br />
kehancuran yang cukup serius. Hilangnya kepercayaan<br />
dan semangat optimisme rakyatpun<br />
turut melengkapi kemerosotan mental<br />
dan harga diri bangsa.<br />
PREDIKSI KEDEPAN<br />
Respon negara yang ada hingga hari<br />
ini tentu tidak cukup kuat untuk menyelamatkan<br />
Indonesia. Bahkan, inisiatif-inisiatif<br />
pe-ngurus negara terkini antara lain: UUPM,<br />
UUPR, UUPWP-PPK, justru menunjukkan<br />
peluang kehancuran yang lebih masif kedepannya.<br />
Sejalan dengan insentif yang diberikan<br />
negara pada perbaikan dan perluasan in-<br />
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 14<br />
dustri perkebunan, ditambah lagi dengan<br />
praktek illegal dan destructive logging yang<br />
belum juga terselesaikan, maka kemusnahan<br />
hutan alam Indonesia adalah sebuah realitas.<br />
WALHI memperkirakan seluruh hutan<br />
alam dataran rendah Indonesia akan musnah<br />
pada tahun 2022.<br />
Di laut, kebijakan revitalisasi perikanan,<br />
dengan bertumpu pada peningkatan jumlah<br />
ekspor produk perikanan Indonesia ke berbagai<br />
negara di dunia diperburuk lagi dengan<br />
aktivitas pencurian ikan yang belum<br />
juga teratasi dipastikan sebelum 2015 Indonesia<br />
akan masuk pada paradoks baru,<br />
yakni krisis ikan Indonesia. Sebagai konsekuensinya,<br />
konflik perikanan akan semakin<br />
kerap terjadi, sejumlah ikan-ikan konsumsi<br />
akan sulit ditemukan dipasaran, harga ikan<br />
di pasar akan terus mengalami kenaikan,<br />
dan volume impor perikanan akan terus meningkat<br />
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi<br />
domestik.<br />
Industri-industri strategis yang sangat<br />
dekat dengan pemenuhan kebutuhan mendasar<br />
rakyat seperti pangan dan energi akan<br />
semakin banyak dimiliki asing, dengan rentang<br />
waktu penguasaan yang semakin panjang.<br />
Kawasan-kawasan akses terbuka dan<br />
merupakan wilayah yang rentan terhadap<br />
bencana, seperti wilayah pesisir, akan terus<br />
dikonversi dan berubah menjadi kawasankawasan<br />
private. Ruang hidup dan ruang kelola<br />
rakyat pun akan semakin sempit dan<br />
terus menyempit.<br />
Respon negara<br />
yang ada hingga<br />
hari ini tentu<br />
tidak cukup kuat<br />
untuk<br />
menyelamatkan<br />
Indonesia.<br />
Bahkan, inisiatifinisiatif<br />
pengurus<br />
negara terkini<br />
antara lain:<br />
UUPM, UUPR,<br />
UUPWP-PPK,<br />
justru<br />
menunjukkan<br />
peluang<br />
kehancuran yang<br />
lebih masif<br />
kedepannya.<br />
KATA PENGANTAR 15