Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Foto: Dok. WALHI<br />
mengatasi pelbagai persoalan lingkungan.<br />
Ia menilai kedua kelompok ini memiliki kedekatan<br />
dengan masyarakat. Sehingga, pemerintah<br />
bisa menyampaikan program lingkungan<br />
kepada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat<br />
bisa menyampaikan tuntutannya kepada<br />
pemerintah dengan cepat melalui peran<br />
fasilitasi NGO lingkungan dan pencinta<br />
alam.<br />
Keinginan Emil Salim yang begitu besar<br />
membuat Gubernur Tjokropranolo menawarkan<br />
sebuah ruangan untuk arena pertemuan<br />
kelompok NGO lingkungan. Gayung bersambut,<br />
tanpa pikir panjang Emil Salim langsung<br />
menerima tawaran Tjokropranolo untuk<br />
melakukan pertemuan NGO seluruh Indonesia.<br />
Pertemuan tersebut dilakukan di Lantai<br />
13, Balaikota, Kantor Gubernur DKI Jakarta,<br />
Jalan Merdeka Selatan, Jakarta.<br />
Tak disangka, pertemuan itu dihadiri<br />
sekitar 350 lembaga swadaya masyarakat<br />
yang terdiri dari lembaga profesi, hobi, ling-<br />
kungan, pecinta alam, agama, riset, kampus,<br />
jurnalis, dan lain sebagainya. Arena itu<br />
menjadi ajang “curhat” Emil Salim kepada<br />
komunitas NGO. Ia ingin lingkungan hidup<br />
menjadi arus utama dalam menjamin masa<br />
depan yang lebih baik dan berkelanjutan.<br />
Dalam pertemuan ini<br />
Menteri Pemuda dan<br />
Olahraga Abdul Gafur<br />
sempat hadir sebentar.<br />
Boleh jadi ia menilai<br />
Kelompok NGO dan<br />
Pecinta <strong>Alam</strong> seharusnya<br />
tetap berada dalam<br />
kendali kementeriannya.<br />
Ia ingin cari tahu apa<br />
sebenarnya akan<br />
dikerjakan oleh kalangan<br />
NGO lingkungan.<br />
Pada akhir pertemuan disepakati sepuluh<br />
NGO akan membantu program-program<br />
pemerintah dalam bidang lingkungan<br />
hidup. Ke-sepuluh organisasi itu kemudian<br />
dikenal dengan nama Kelompok 10.<br />
Awalnya, kelompok ini akan bernama<br />
Sekretariat Bersama (Sekber) Kelompok Sepuluh.<br />
Namun,George Aditjondro menolak<br />
nama “Sekber”, ia menilai nama ini amat<br />
dekat dengan partai yang berkuasa pada<br />
masa itu, Golongan Karya (Golkar). Akhirnya,<br />
George mengusulkan nama Kelompok<br />
10. Di Lantai 13, Gedung Balai Kota Jakarta<br />
itulah, lahir Kelompok 10 yang dua tahun<br />
kemudian berubah menjadi WALHI.<br />
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 34<br />
Foto: Dok. WALHI