11.01.2013 Views

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

karbon, penggunaan energi batubara<br />

berpotensi untuk menghasilkan partikel debudebu<br />

radioaktif dalam bentuk debu karbon,<br />

debu silika, debu alumina, dan oksida besi.<br />

Jenis radioaktif yang timbul dari penggunaan<br />

batubara disajikan pada tabel berikut.<br />

1. Timbal-210 Radiasi Beta 19.4<br />

2. Polonium-210 Radiasi Alpha 138.3<br />

3. Protactinium-231 Radiasi Alpha 3.43 x 104 4. Radium-226 Radiasi Alpha 1,620<br />

5. Thorium-232 Radiasi Alpha 1.39 x 10 10<br />

6. Uranium-238 Radiasi Alpha 4.5 x 109 Nama Polutan Jenis Radiasi Waktu Paruh (tahun)*<br />

7. Karbon-14 Radiasi Beta 5,730<br />

Keterangan: * Satuan untuk Polonium adalah hari.<br />

Polutan radioaktif nomor 1-6 merupakan<br />

logam berat, yang apabila memasuki<br />

tubuh akan mengikuti jalur peredaran hati<br />

yang amat membahayakan kesehatan. Radiasi<br />

beta merupakan jenis radiasi eksterna<br />

dan internal. Sedangkan radiasi alpha merupakan<br />

radiasi internal. Radiasi eksternal artinya,<br />

sudah berbahaya meski berada di luar<br />

tubuh manusia. Sedangkan radiasi internal,<br />

baru berbahaya tatkala unsur itu memasuki<br />

tubuh manusia. Selain aspek kesehatan<br />

tersebut, aspek lingkungan yang diakibatkan<br />

dari pertambangan tersebut akan menimbulkan<br />

kerusakan lingkungan yang tidak bisa<br />

diperbaharukan baik di darat maupun di laut<br />

, dimana di darat akan membuat gununggunung<br />

atau bukit-bukit yang mengandung<br />

unsur mineral dikeruk dan akan menjadi danau-danau<br />

raksasa, dan pembuangan “tailing”<br />

yang dibuang ke sungai dan akhirnya<br />

Penampungan Reaktor<br />

Nuklir Hanford dekat<br />

Richland, Washington.<br />

WALHI<br />

Foto diambil pada<br />

Dok.<br />

pertengahan 1940-an. Foto:<br />

Salah satu sudut Bandara Oslo, Norwegia<br />

mengalir kelaut akan berdampak pada matinya<br />

atau tercemarnya ekosistem biota air<br />

yang ada di sepanjang sungai dan laut tersebut.<br />

Pembuangan tailing akan mampu<br />

menghasilkan kerusakan di wilayah produktif<br />

berupa hutan, sungai, lahan basah dan<br />

pesisir pantai dan laut.<br />

Menghadapi situasi itu, para environmentalis<br />

perlu memberikan pandangan kritis<br />

terhadap jalur yang dipilih oleh pemerintah.<br />

Misalnya, pemanfaatan batubara harus<br />

benar-benar diikuti dengan penerapan metoda-metoda<br />

clean coal combustion, misalnya<br />

melalui penggunaan teknologi FBC (fluidized<br />

bed combustion) sebagai ganti dari<br />

teknologi PCC (pulverized coal combustion),<br />

FGD (flue-gas desulturization), dan EBM (electron<br />

beam machine).<br />

Pada saat yang sama, pemerintah perlu<br />

diminta untuk menyampaikan argumentasi:<br />

kenapa memilih jalur pola pendayagunaan<br />

energi seperti itu. Apakah Indonesia tidak<br />

tertarik untuk memanfaatkan sumberdaya<br />

Foto: Dok. WALHI<br />

matahari, angin, gelombang laut, air gravitasi,<br />

dan biomasa sebagai sumber penghasil<br />

energi yang ramah lingkungan.<br />

Lebih jauh, semua pihak harus menyadari,<br />

bahwa dunia sudah sepakat untuk mereduksi<br />

jumlah emisi gas rumah kaca nominal<br />

ke dalam atmosfer. Jika pola pengunaan<br />

energi masa depan seperti pilihan Indonesia<br />

itu akan meningkatkan neraca karbon di<br />

atmosfer, maka negara harus melakukan<br />

pelbagai kebijakan pengimbang untuk menurunkan<br />

neraca karbon, seperti programprogram<br />

reforestasi serta penanaman tumbuhan<br />

lain secara masif. Tanpa hal langkah<br />

pengimbang itu, Indonesia bisa terjerumus<br />

menjadi negara yang harus “membeli”<br />

karbon; padahal Indonesia tidak memiliki<br />

kemampuan ekonomi yang memungkinkan<br />

dalam posisi seperti itu.<br />

Fakta<br />

Lingkungan yang buruk<br />

bertanggung jawab<br />

langsung pada sekitar<br />

25% dari persoalan<br />

kesehatan dunia sekarang<br />

ini, dan<br />

2/3 dari kasus kesehatan<br />

tersebut menimpa anakanak.<br />

ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 205

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!