Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Nasib anak bangsa<br />
“Satu hal yang<br />
paling penting,<br />
jangan berhenti<br />
bertanya.”<br />
Albert Einstein<br />
Foto: Henry Lopulalan<br />
TANTANGAN<br />
BAGI ENVIRONMENTALIS<br />
Ppangan dunia berhasil menembus angka dua miliar ton untuk pertama-<br />
ARA environmentalis harus menyadari, bahwa memproduksi pangan itu<br />
satu soal, dan mendistribusikannya secara adil kepada seluruh masyarakat<br />
adalah soal lain. Keduanya sama-sama penting. Pada 2004, produksi<br />
kalinya dalam sejarah (meningkat sekitar 9% dari tahun sebelumnya). Pada<br />
saat yang sama, jumlah kelaparan juga mencapai titik tertinggi sejak 1970.<br />
Kelaparan sekarang telah membunuh lima juta anak-anak setiap tahun.<br />
Sebuah paradoks alam nyata.<br />
Selanjutnya, <strong>Environmentalis</strong> sejati perlu<br />
memahami implikasi-implikasi sebagai<br />
berikut: Pertama, ketika perdebatan serba<br />
teknologi berlangsung, <strong>Environmentalis</strong> perlu<br />
mengambil sikap yang adil. Boleh jadi,<br />
teknologi itu tidak ada yang seratus persen<br />
baik. Kita membayangkan, bahwa pertanian<br />
organik itu lebih ramah lingkungan<br />
dibanding dengan pertanian konvensional.<br />
<strong>Itu</strong> benar! Tapi peneliti di Inggris<br />
menemukan fakta, bahwa membeli pangan<br />
lokal yang dihasilkan dengan teknologi<br />
konvensional, akan memberikan dampak<br />
positif lebih besar dibanding dengan<br />
membeli pangan organik yang diproduksi<br />
di tempat lain.<br />
Kedua, kita membayangkan bahwa<br />
kelangkaan pangan telah menyebabkan<br />
kelaparan. dunia masa kini justru sedang<br />
kelimpahan pangan. <strong>Itu</strong> telah mendorong<br />
harga pangan lebih rendah dan dengan<br />
demikian menekan pendapatan sektor<br />
pedesaan. Kelimpahan pangan juga telah<br />
“Kau pribumi<br />
terpelajar! Kalau<br />
mereka itu,<br />
pribumi itu, tidak<br />
terpelajar, kau<br />
harus bikin<br />
mereka jadi<br />
terpelajar. Kau<br />
harus, harus,<br />
harus bicara pada<br />
mereka, dengan<br />
bahasa yang<br />
mereka tahu.”<br />
Pramoedya Ananta Toer<br />
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 133