11.01.2013 Views

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kasus Cina, Srilangka, dan Kolombia<br />

(yang sukses menurunkan laju pertambahan<br />

penduduknya) menunjukkan,<br />

bahwa kemiskinan perlu diperbaiki<br />

terlebih dahulu sebelum mereka memutuskan<br />

untuk memiliki jumlah anak<br />

lebih sedikit.<br />

MITOS 4<br />

LINGKUNGAN VS PANGAN<br />

Adalah benar bahwa krisis lingkungan<br />

akan mempengaruhi upaya-upaya penyediaan<br />

pangan. Namun upaya penyediaan pangan<br />

tidak berkorelasi positif dengan perusakan<br />

lingkungan. Krisis lingkungan justru<br />

terjadi pada aktifitas korporasi yang melakukan<br />

pembalakan kayu atau mengubah<br />

hutan menjadi kawasan perkebunan.<br />

Para petani organik di Amerika dan negara<br />

maju lain menunjukkan, bahwa pengadaan<br />

pangan bisa sangat ramah lingkungan.<br />

Kuba pun mampu bangkit dari krisis pangan<br />

melalui aktivitas pertanian yang mandiri dan<br />

berkelanjutan, dengan mengurangi input<br />

pertanian kimiawi yang merusak lingkungan.<br />

MITOS 5<br />

REVOLUSI HIJAU SEBAGAI JAWABAN<br />

Adalah benar bahwa Revolusi Hijau<br />

telah mampu melipatgandakan<br />

produksi pangan. Namun hal itu tidak<br />

mampu menyingkirkan kelaparan, karena<br />

tatanan yang tercipta justru makin<br />

memusatkan penguasaan kekuatan<br />

produktif pada tangan-tangan yang<br />

kian jauh dari kelompok miskin.<br />

MITOS 6<br />

MEMERLUKAN SKALA USAHA BESAR<br />

Kian besar skala usaha pertanian tidak<br />

selalu kian produktif. Dalam praktek, malah<br />

sebaliknya. Petani yang menguasai lahan lebih<br />

sempit, justru mampu mencapai produktivitas<br />

empat sampai lima kali lipat per satuan<br />

luasnya, karena mereka mengelola lahan<br />

secara lebih intensif dan terintegrasi. Kasus<br />

di Brasil, tatkala dilakukan redistribusi<br />

penguasaan lahan dengan luasan yang lebih<br />

sempit, justru telah meningkatkan hasil<br />

sebanyak 80%.<br />

MITOS 7<br />

PASAR BEBAS<br />

AKAN AKHIRI KELAPARAN<br />

Sekarang terdapat formula ekonomi,<br />

bahwa efisiensi pasar akan tercipta<br />

dalam suatu pasar bebas. Kompetisi<br />

sempurna akan tumbuh. Intervensi pemerintah<br />

hanya akan membuat ekonomi<br />

menjadi sakit.<br />

<strong>Itu</strong> hanya benar jika semua pelaku<br />

punya kesempatan dan kemampuan<br />

yang sama. Nyatanya semua kesamaan<br />

itu hanya sebuah ilusi. Dunia justru<br />

penuh dengan ketimpangan. Karena<br />

itu, pasar bebas tidak akan mengakhiri<br />

kelaparan. Privatisasi juga akan memperburuk<br />

ketimpangan. Skandal kelaparan<br />

butuh penanganan bijaksana,<br />

yang memungkinkan kelompok miskin<br />

mampu bangkit memberdayakan dirinya<br />

sendiri.<br />

MITOS 8<br />

PERDAGANGAN BEBAS<br />

ADALAH JAWABAN<br />

Brasil mampu menggenjot ekspor kedele<br />

untuk menjadi pakan ternak di Jepang dan<br />

Eropa. Tapi pada saat yang sama, masalah<br />

kelaparan telah mengancam sepertiga sampai<br />

dua-pertiga penduduk Brasil. Mereka terlalu<br />

miskin untuk dapat membeli pangan<br />

yang diproduksi di tanah airnya sendiri. Perdagangan<br />

bebas hanya akan mensejahterakan<br />

kelompok yang memiliki kesiapan dan<br />

kemampuan untuk berkompetisi. Dan tidak<br />

ada logika yang membenarkan orang lumpuh<br />

akan memenangkan lomba lari melawan<br />

atlet profesional.<br />

MITOS 9<br />

TERLALU LAPAR UNTUK<br />

MEMPERJUANGKAN HAK<br />

Orang lapar harus didorong untuk<br />

memperjuangkan hak-haknya. Jika tidak,<br />

hanya sebagian kecil saja yang<br />

akan bertahan hidup. Petani lapar di<br />

Meksiko dan India mampu berjuang<br />

untuk itu. Jika kesadaran itu tidak tumbuh<br />

di kalangan mereka, harus ada<br />

pihak yang menyadarkan dan menunjukkan<br />

jalur yang benar bagi kehidupan<br />

mereka. Semua pihak harus sadar,<br />

bahwa kelaparan bukanlah takdir,<br />

melainkan skandal.<br />

MITOS 10<br />

BANTUAN LUAR NEGERI AKAN<br />

AKHIRI KELAPARAN<br />

Memang tersedia bantuan langsung un-<br />

tuk mengatasi kelangkaan pangan, termasuk<br />

bantuan kemanusiaan ketika ada bencana.<br />

Tetapi bantuan itu hanya untuk mengatasi<br />

rasa lapar sesaat. Kerangka global bantuan<br />

(pinjaman) justru tidak berperspektif memberdayakan.<br />

Malahan Susan George menggambarkan<br />

secara satirik, bahwa bantuan<br />

pangan itu cenderung menjadi “senjata”<br />

(ketimbang sebagai bantuan) yang dilakukan<br />

Si Kenyang untuk menghegemoni Si Lapar.<br />

MITOS 11<br />

DIUNTUNGKAN OLEH KEMISKINAN<br />

Tidak ada orang kaya yang bisa<br />

diuntungkan oleh kemiskinan. Kemanfaatan<br />

hanya bisa diambil jika<br />

masyarakat memiliki daya-beli yang<br />

tinggi, yang akan mendorong terjadinya<br />

transaksi dan pertukaran di pasar.<br />

Transaksi dan pertukaran yang adil<br />

itulah sebenarnya yang mampu memberikan<br />

keuntungan.<br />

MITOS 12<br />

KEBIRI KEBEBASAN UNTUK<br />

MENGAKHIRI KELAPARAN<br />

Tidak ada alasan teoritikal maupun<br />

praktikal yang membenarkan bahwa pembebasan<br />

akan mengganggu upaya-upaya penanggulangan<br />

kelaparan. Ketika masyarakat<br />

melakukan aksi menuntut hak-hak aksesnya,<br />

mereka tidak berhenti berproduksi dan tidak<br />

merusak asset produktif untuk memproduksi<br />

pangan. Pembebasan justru harus dimaknai<br />

sebagai upaya mematahkan pelbagai ketidakadilan,<br />

yang menjadi penyebab utama<br />

kelaparan selama ini.<br />

MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 126 PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 127

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!