11.01.2013 Views

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

selalu setia membayar utang tak peduli berapa<br />

ongkos yang diharus ditanggung publik.<br />

Ini juga simbiosis yang tidak demokratis,<br />

sekaligus anomali dalam era reformasi Indonesia<br />

belakangan ini. Meski dalam aspek<br />

lain telah tersentuh keterbukaan politik,<br />

perundingan-perundingan tentang utang dan<br />

apa konsekuensinya terhadap nasib jutaan<br />

orang tidak pernah menjadi perdebatan<br />

publik yang transparan. Perundingan tentang<br />

utang tetap terbatas di kalangan elit.<br />

Simbiosis mutualisme itu menjadi parasit<br />

bagi publik. Utang akhirnya menjadi<br />

sarana eksploitatif baik bagi kaum elit Indonesia<br />

maupun bagi lembaga keuangan<br />

negara maju. Beberapa studi menunjukkan<br />

bahwa alih-alih membantu negeri miskin<br />

seperti Indonesia, mekanisme utang justru<br />

telah lebih banyak menyedot sumber daya<br />

ke negeri-negeri Barat dan Utara. Kolonialisme<br />

belum hilang meski banyak negara<br />

di Asia maupun Afrika telah secara formal<br />

merdeka.<br />

Dalam konteks Indonesia, eksploitasi itu<br />

dimungkinkan oleh kepatuhan yang nyaris<br />

total ekonom dan politisi Indonesia terhadap<br />

lembaga-lembaga keuangan dunia, seperti<br />

IMF dan Bank Dunia. Padahal, di banyak<br />

belahan dunia lain, gelombang kritik terhadap<br />

lembaga keuangan dunia ini sedang<br />

mengalami pasang naik.<br />

IMF dan Bank Dunia tidak hanya dipandang<br />

eksploitatif dalam soal utang negeri<br />

berkembang. Dua lembaga itu dinilai menyebarkan<br />

resep pembangunan, yakni<br />

Foto: Henry Lopulalan<br />

Tak bebas dari belenggu utang<br />

neoliberalisme di bawah dalih globalisasi,<br />

yang implikasinya merusak. Bersama WTO<br />

dan forum seperti World Economic Forum,<br />

dua lembaga itu dituduh sebagai penyebab<br />

ketimpangan dunia yang makin lebar, proses<br />

pemiskinan, eksploitasi dan kerusakan<br />

lingkungan dalam derajat serius.<br />

Inti Pandangan Neoliberalisme<br />

PASAR YANG BERKUASA<br />

Mempreteli peran dan<br />

kewajiban pemerintah, serta<br />

membebaskan perusahaan<br />

”swasta” dari setiap ikatan<br />

yang dikenakan oleh<br />

pemerintah tak peduli<br />

seberapa besar kerusakan<br />

sosial yang bisa<br />

disebabkannya.<br />

PANGKAS ANGGARAN<br />

PUBLIK UNTUK<br />

LAYANAN SOSIAL<br />

Kurangi anggaran<br />

sosial seperti pendidikan,<br />

kesehatan, dan air bersih,<br />

semua itu atas nama<br />

pengurangan peran<br />

negara.<br />

DEREGULASI<br />

Memangkas hukum dan<br />

aturan yang bisa mengurangi<br />

penciptaan laba, termasuk<br />

ukuran-ukuran untuk<br />

melindungi hak buruh dan<br />

pelestarian lingkungan hidup.<br />

PRIVATISASI<br />

Menjual perusahaan,<br />

barang dan layanan milik<br />

negara kepada investor<br />

swasta. Walaupun dilakukan<br />

atas nama efisiensi yang lebih<br />

besar, yang seringkali memang<br />

dibutuhkan, privatisasi<br />

mengkonsentrasikan<br />

kemakmuran kepada segelintir<br />

tangan dan membuat rakyat<br />

miskin tak bisa mendapatkan<br />

barang serta layanan yang<br />

mahal.<br />

MENGENYAHKAN KONSEP<br />

”THE PUBLIC GOOD”<br />

Mengurangi<br />

tanggungjawab bersama dan<br />

menggantikannya dengan<br />

”kewajiban individu”.<br />

Membiarkan kaum termiskin<br />

untuk menemukan solusi<br />

sendiri atas mahalnya layanan<br />

kesehatan, pendidikan dan<br />

keamanan sosial serta<br />

menyebut mereka ”malas”<br />

jika mereka gagal.<br />

MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 262 GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 263

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!