Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Foto: Dok. WALHI<br />
Orasi direktur WALHI<br />
pada aksi Hari Bumi<br />
22April 2007,Jakarta<br />
BULAN Desember tahun 2007 jutaan<br />
pasang mata penduduk bumi tertuju<br />
pada pertemun tingkat tinggi tentang<br />
perubahan iklim di Bali. Pertemuan<br />
yang di selenggarakan oleh United Nations<br />
Framework Convetion on Climate Change<br />
(UNFCCC) itu diharapkan lahirkan kesepakatan<br />
global yang mengikat untuk atasi<br />
petaka bagi bumi dan penghuninya akibat<br />
pemanasan global dan perubahan iklim.<br />
Hasil pertemuan Bali yang dituangkan<br />
dalam Bali Roadmap oleh banyak kalangan<br />
dipandang belum lahirkan kesepakatankesepakatan<br />
berarti untuk dibawah pada<br />
putaran perundingan berikutnya di Warsawa<br />
(Polandia) dan Copenhagen (Denmark) tahun<br />
2009. Walau demikian, pertemuan Bali<br />
sukses menarik perhatian publik akan isu<br />
pemanasan global dan perubahan iklim<br />
yang lima belas tahun terakhir hanya menjadi<br />
consern para ilmuan dan aktivis lingkungan<br />
hidup saja.<br />
Kini semakin banyak orang yakin bahwa<br />
pemanasan global yang memicu perubahan<br />
iklim adalah suatu keniscayaan dan bukan<br />
rekayasa para ilmuan. Tanda dan buktinya<br />
dengan mudah dapat dilihat dan dirasakan.<br />
Laporan Intergovernmental Panel on Climate<br />
Change (IPCC) tahun 2007 menyebutkan<br />
pemanasan sistem klimat adalah hal<br />
yang nyata, dan terbukti dari sejumlah pengamatan<br />
atas meningkatnya suhu udara<br />
dan samudra, meluasnya salju dan es yang<br />
meleleh serta naiknya muka air laut ratarata.<br />
IPCC juga melaporkan telah terjadi<br />
kenaikan temperatur global 0.76 Cº antara<br />
tahun 1850 dan 2005. Sepanjang abad ke<br />
20, benua Asia telah mencatat rekor<br />
kenaikan tertinggi 1 derajat C. Karena emisi<br />
akan tetap berada di atmosfer dalam waktu<br />
lama, IPCC memprediksikan pemanasan 10<br />
tahunan sebesar 0.2 derajat C hingga 2030,<br />
yang mengindikasikan kenaikan suhu ratarata<br />
0.6 derajat C (IPCC WGI 2007).<br />
Berbagai predisksi dampak perubahan<br />
iklim juga dinyatakan dalam laporan IPCC<br />
tahun 2007. Perubahan iklim memiliki<br />
kemungkinan tinggi dalam merubah ketersediaan<br />
sumber air, yang didorong oleh menurunnya<br />
curah hujan dan limpasan di Asia<br />
Selatan dan Asia Tenggara serta meningkatnya<br />
limpasan di daerah lain, terutama di<br />
Pulau-pulau Pasifik. Ketersediaan air dan<br />
limpasan diperkirakan akan turun hingga 10-<br />
30 % pada ketinggian lintang rendah dan<br />
daerah tropika kering. Ketersediaan air tawar<br />
di Asia Tengah, Timur, Selatan, dan Tenggara<br />
terutama di DAS yang luas akan berkurang.<br />
Menurunnya ketersediaan air tawar<br />
akan berakibat tak terbendung pada miliaran<br />
orang pada tahun 2050<br />
Perubahan iklim juga memberikan<br />
dampak sangat berarti pada dunia<br />
pertanian. Berubahnya musim dan menurunnya<br />
ketersedian air dapat menyebabkan<br />
petani mengalami gagal panen<br />
dan gagal tanam secara sistematik.<br />
Kelangkaan pangan dan kelaparan<br />
meningkat seiring dengan perubahan<br />
iklim secara ekstrem.<br />
KATA PENGANTAR 7