11.01.2013 Views

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

United Nations Food and Agriculture<br />

Organisation (FAO) menduga bahwa perubahan<br />

iklim menghasilkan hilangnya produksi<br />

sereal sebesar 280 juta ton di 65 negara<br />

selatan. Di negara-negara selatan,<br />

perubahan iklim mereduksi produksi pertanian<br />

yang tergantung hujan sebesar 11% di<br />

tahun 2080 (CANA 2006). Ilmuwan-ilmuwan<br />

International Rice Research Institute (IRRI) di<br />

Manila menemukan bahwa setiap derajat<br />

kenaikan temperatur akan mengurangi 10<br />

persen produksi beras. Beragam dampak lain<br />

juga telah diprediksi oleh banyak kalangan,<br />

termasuk kemungkinan tengelamnya pulaupulau<br />

kecil dan kota-kota serta pemukiman<br />

yang secara geografis berada di pinggiran<br />

pantai. Naiknya permukaan laut sebagai<br />

konsekuensi dari mencairnya es di kutub<br />

sebagai penyebabnya.<br />

Perubahan iklim dan dampaknya yang<br />

meresahkan itu adalah buah dari prilaku<br />

buruk kekuasaan politik dan ekonomi global.<br />

Dalam rentang waktu panjang, negaranegara<br />

industeri maju (utara) telah melakukan<br />

pemujaan sempurna terhadap pertumbuhan<br />

ekonomi. Akumulasi kapital menjadi<br />

target utama dan pembangunan dipuja bagai<br />

ajaran suci. Konsumsi enegi fosil (batubara,<br />

minyak dan gas bumi) terus meningkat<br />

dan lahirkan emisi gas buang secara besarbesaran.<br />

Pola konsumsi dan produksi berubah<br />

secara mendasar. Makin tinggi konsumsi<br />

setiap orang, makin besar emisi gas<br />

buang terlepas ke atmosfir. Akumulasi emisi<br />

gas buang itu menjadi penyebab utama<br />

Makin tinggi<br />

konsumsi setiap<br />

orang, makin<br />

besar emisi gas<br />

buang terlepas<br />

ke atmosfir.<br />

Akumulasi emisi<br />

gas buang itu<br />

menjadi penyebab<br />

utama pemanasan<br />

global dan<br />

perubahan iklim.<br />

Dunia kini terjebak<br />

dalam<br />

keserakahan<br />

kapital.<br />

Neoliberalisme<br />

ekonomi semakin<br />

meneguhkan<br />

jebakan itu.<br />

MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 8<br />

pemanasan global dan perubahan iklim.<br />

Dunia kini terjebak dalam keserakahan kapital.<br />

Neoliberalisme ekonomi semakin<br />

meneguhkan jebakan itu.<br />

Tak dapat dipungkiri relasi<br />

kuasa yang selama ini dibangun<br />

dan langgeng oleh negaranegara<br />

Utara telah menimbulkan<br />

ketidak adilan global.<br />

Negara-negara utara melipatgandakan<br />

kekayaan dengan<br />

”menyedot” sumberdaya negara-negara<br />

berkembangan (sela-<br />

tan). Beragam cara digunakan negara<br />

Utara untuk akselerasi akumulasi kapitalnya.<br />

Bersama perusahaan multi dan transnasional<br />

serta institusi keuangan internasional semisal<br />

World Bank, International Monetary Fund,<br />

Asian Development Bank dan lain sebagainya,<br />

beragam paket kebijakan moneter, fiskal<br />

dan pemanfaatan sumberdaya alam<br />

”ditawarkan” pada negara-negara berkembang.<br />

Alhasil negara berkembang takluk<br />

dalam dominasi mereka. Praktik yang tidak<br />

adil itu hanyalah bagian dari kegagalan<br />

model pembangunan global sebagai pemicu<br />

perubahan iklim.<br />

Dalam kertas posisi menuntut keadilan<br />

iklim (climate justice) yang disiapkan Civil<br />

Society Organization Forum (CSOF) Indonesia,<br />

menyebutkan ada enam ciri model<br />

pembangunan global yang gagal, yaitu: per-<br />

tama pemujaan atas pertumbuhan ekonomi<br />

lewat konsumsi setinggi-tingginya oleh individu,<br />

dan persaingan demi mencapai tingkat<br />

konsumsi yang tinggi. Kedua, berlanjutnya<br />

pembagian kerja antara negara-negara<br />

maju dan berkembang, dimana negara<br />

berkembang diletakkan sebagai penyedia<br />

bahan mentah dan industri kotor bagi konsumsi<br />

boros dan berlebihan di negaranegara<br />

maju. Ketiga, pemaksaan utang luar<br />

negeri ke negara-negara berkembang yang<br />

menjebak negara-negara tersebut dalam<br />

kemiskinan dan keterbelakangan karena<br />

utang digunakan demi melegitimasi ekspor<br />

bahan mentah secara murah ke luar negeri.<br />

Keempat, standar ganda oleh negara maju<br />

dalam pemeliharaan lingkungan demi mempertahankan<br />

pasokan bahan mentah murah<br />

yang menghancurkan sosio-ekosistem penting<br />

di negara-negara selatan. Kelima, diletakkannya<br />

perdagangan sebagai aturan utama<br />

hubungan antar negara-bangsa saat ini yang<br />

merendahkan integritas kerekatan sosial dan<br />

berlanjutnya pelayanan ekosistem demi<br />

mempertahankan kehidupan didalamnya.<br />

Keenam, semakin kayanya korporasi dibandingkan<br />

negara yang mempertahankan semakin<br />

tingginya tingkat akumulasi para pemegang<br />

saham atas biaya manusia dan lingkungan<br />

yang rusak. Keseluruhannya membangun<br />

aristokrasi modernitas baru di utara,<br />

segelintir elit korup dan otoriter di negaranegara<br />

selatan, yang gagal mengangkat harkat<br />

hidup mayoritas populasi di negaranegara<br />

selatan (CSO Forum, 2007).<br />

KATA PENGANTAR 9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!