11.01.2013 Views

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kusfiardi<br />

Koordinator Koalisi Anti Utang (KAU)<br />

“Pemerintah memilih<br />

memuaskan kreditor<br />

daripada melindungi<br />

belanja sosial<br />

masyarakat”<br />

Foto: Henry Lopulalan<br />

BENALU YANG TAK MAU PERGI<br />

DIBAYANGI kurangnya dana pembangunan,<br />

Pemerintahan Susilo<br />

Bambang Yudhoyono telah me-<br />

nambah utang baru secara signifi-<br />

kan. Sepanjang 2005, pemerintah menerbitkan<br />

obligasi internasional (dalam bentuk<br />

dolar) senilai Rp 25 triliun, dan ditambah<br />

obligasi serupa senilai Rp 25 tiliun lagi pada<br />

2006.<br />

Utang kepada bank dan kreditor internasional<br />

lain juga bertambah, meski penambahannya<br />

kecil. Pada awal 2006 ini, Asian<br />

Development Bank (ADB) menyetujui utang<br />

baru sebesar US$ 50 juta (atau Rp 0,5 triliun)<br />

yang akan dipakai untuk menyelenggarakan<br />

program infrastruktur pedesaan miskin.<br />

Jika saja tidak membayar cicilan dan<br />

pokok sebesar Rp 170 triliun pada 2006,<br />

Indonesia bisa membiayai program<br />

pemberantasan kemiskinan jauh lebih besar<br />

dari pinjaman ADB tadi. Tanpa berutang<br />

baru, Indonesia bahkan sebenarnya bisa<br />

membiayai peningkatan anggaran sosial<br />

sebanyak 6% dari PDB seperti yang pada<br />

2004 diusulkan UNDP (Badan PBB untuk Program<br />

Pembangunan). Indonesia adalah<br />

salah satu negeri dunia yang anggaran<br />

sosialnya untuk pendidikan dan kesehatan<br />

sangat kecil: yakni 3%.<br />

Meski Soeharto telah lama jatuh, kebijakan<br />

penanganan utang tidak berubah.<br />

Foto: Dok. WALHI<br />

John Howard dan SBY<br />

Pemerintah tetap memilih menambah utang<br />

baru ketimbang meminta pengurangan<br />

utang. Tradisi gali lubang tutup lubang masih<br />

lestari.<br />

Para elit Indonesia memilih untuk<br />

menambah utang baru ketimbang meminta<br />

pemotongan utang. Lingkaran setan utang<br />

ini lestari karena adanya semacam simbiosis<br />

mutualisme antara kaum elit Indonesia, yakni<br />

ekonom dan politisinya, dengan para pejabat<br />

keuangan dunia seperti Bank Dunia serta<br />

IMF.<br />

Kaum elit Indonesia menginginkan jalan<br />

pintas mendapatkan dana pembangunan,<br />

yang sebagian bisa dikorup. Mereka patuh<br />

melaksanakan resep pembangunan ala IMF/<br />

Bank Dunia meski tahu resep itu beracun.<br />

Di ujung lain, lembaga keuangan dunia<br />

membutuhkan ”customer” patuh seperti Indonesia.<br />

Dengan utangnya yang besar, Indonesia<br />

dikenal sebagai klien utama, dan<br />

GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 261

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!