Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
Menjadi Environmentalis Itu Gampang - Evolusi Alam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Kedua, alam itu memiliki daya-dukung<br />
yang terbatas. Meski pengetahuan manusia<br />
atas batas-tegas daya dukung itu bisa salah,<br />
namun itu tidak menjelaskan bahwa dayadukung<br />
alam itu tidak terbatas. Ahli demografi,<br />
misalnya, pernah meramalkan bahwa<br />
Pulau Jawa akan tenggelam jika dihuni penduduk<br />
sebanyak 100 juta. Kenyataannya,<br />
Pulau Jawa masih berkibar ketika penduduknya<br />
mencapai 150 juta. Namun tandatanda<br />
akan terlampauinya daya dukung<br />
alam, sudah tampak di beberapa daerah.<br />
Yang akan membatasi daya dukung itu<br />
antara lain: ketersediaan air, pangan, energi,<br />
udara segar, dan kemampuan lahan untuk<br />
menaham beban di atasnya.<br />
Ketiga, manusia itu bagian tidak terpisahkan<br />
dari alam semesta. Tampaknya,<br />
manusia merupakan komponen alam yang<br />
memiliki kekuatan untuk “melawan” dan<br />
“membuat kerusakan”. Harimau dan gajah<br />
Sumatera lenyap ketika habitatnya dirusak.<br />
Burung bangau dan kuntul pun musnah tatkala<br />
rawa-rawa tempat migrasinya dikonversi<br />
menjadi ruang aktifitas manusia. Tapi manusia<br />
memiliki keluwesan yang amat dahsyat<br />
ketika menghadapi kondisi lingkungannya,<br />
dan sekaligus memiliki kekuatan yang besar<br />
untuk memengaruhi lingkungannya.<br />
Dahulu, manusia desa mampu hidup<br />
berdampingan dengan flora dan fauna secara<br />
akrab. Suara burung kutilang terdengar<br />
dari pohon-pohon di pekarangan rumah.<br />
Lebah-madu bersarang di atap rumah.<br />
Ayam-ayam peliharaan berkeliaran di peka-<br />
Jika alam terlanjur<br />
terganggu (rusak),<br />
maka upaya-upaya<br />
perbaikannya akan<br />
memerlukan energi<br />
yang jauh lebih besar<br />
dibanding dengan<br />
memeliharanya<br />
tatkala ia<br />
belum rusak.<br />
rangan. Sesekali ayam itu hilang dimangsa<br />
musang; tapi pemiliknya hanya berujar “Si<br />
Putih dimangsa musang” tanpa disertai<br />
dendam untuk memusnahkan sang musang.<br />
Situasi itu terjadi ketika manusia masih<br />
bersahabat dengan alam. Motif produksinya<br />
masih subsistens (hanya untuk mencukupi<br />
kebutuhan konsumsi keluarganya). Tekanan<br />
penduduk atas alam masih relatif rendah.<br />
Kepadatan penduduk masih amat kecil.<br />
Selain itu, kelimpahan sumberdaya juga<br />
masih besar. Ikan deleg dan uceng masih<br />
bisa didapat di kali kecil belakang rumah.<br />
Belut dan uling pun masih bisa dipancing di<br />
sungai atau danau.<br />
Tapi manusia memiliki spektrum watak<br />
yang amat lebar; paling lebar dibanding<br />
dengan mahluk hidup lainnya. Manusia bisa<br />
menjadi amat arif, dan sebaliknya bisa menjadi<br />
amat rakus. Sayangnya, kecenderungan<br />
alamiah manusia adalah hidup kian rakus<br />
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 304<br />
Manusia tidak terlepas dari lingkungannya Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication