30.11.2014 Views

klik di sini - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan ...

klik di sini - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan ...

klik di sini - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

DASAR-DASAR PRAKTEK PENYUSUNAN APBN DI INDONESIA<br />

Boks 4.1 III.1<br />

Penerimaan<br />

Penerimaan<br />

Pajak<br />

Pajak<br />

Yang<br />

yang<br />

Dibagi<br />

Dibagi<br />

Hasilkan<br />

hasilkan<br />

1. Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan <strong>Keuangan</strong> Antara<br />

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pasal 13 ayat 1, penerimaan PPh Pasal<br />

21 dan PPh Pasal 25/29 Priba<strong>di</strong> harus <strong>di</strong>bagihasilkan sebesar 20% untuk<br />

pemerintah daerah.<br />

DBH Pajak = Penerimaan PPh Pasal 21 + Penerimaan PPh Pasal 25/29 OP x 20%<br />

2. Menurut UU Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai pasal 66A ayat 1, Penerimaan<br />

negara dari cukai hasil tembakau yang <strong>di</strong>buat <strong>di</strong> Indonesia <strong>di</strong>bagikan kepada<br />

provinsi penghasil cukai hasil tembakau sebesar 2% yang <strong>di</strong>gunakan untuk<br />

mendanai peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan<br />

lingkungan sosial, sosialisasi ketentuan <strong>di</strong> bidang cukai, dan/atau pemberantasan<br />

barang kena cukai illegal<br />

DBH Cukai = Penerimaan Cukai Tembakau x 2%<br />

3. Berdasarkan UU No.33/2004, PBB merupakan jenis pajak pusat yang<br />

<strong>di</strong>bagihasilkan ke daerah dengan rincian:<br />

a. 16,2% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan <strong>di</strong>salurkan ke Rekening<br />

Kas Umum Daerah provinsi;<br />

b. 64,8% untuk daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan <strong>di</strong>salurkan ke<br />

Rekening Kas Umum Daerah kabupaten/kota;<br />

c. 9% untuk biaya pemungutan;<br />

d. 6,5% <strong>di</strong>bagikan secara merata kepada seluruh daerah kabupaten dan kota; dan<br />

e. 3,5% <strong>di</strong>bagikan sebagai insentif kepada daerah kabupaten dan kota yang<br />

realisasi tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana penerimaan sektor<br />

tertentu.<br />

4. Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi<br />

Daerah sebagai pengganti dari UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah<br />

dan Retribusi Daerah sebagaimana telah <strong>di</strong>ubah dengan UU Nomor 34 Tahun<br />

2000, PBB Sektor Perdesaan dan PBB Sektor Perkotaan <strong>di</strong>alihkan pajak pusat<br />

menja<strong>di</strong> pajak daerah selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 2014. Akan tetapi<br />

pemerintah daerah yang telah siap dengan infrastrukturnya dapat melaksanakan<br />

kebijakan ini per 1 Januari 2011.<br />

5. BPHTB per 1 januari 2011 telah <strong>di</strong>alihkan administrasinya dari pajak Pemerintah<br />

pusat menja<strong>di</strong> pajak daerah sesuai amanat UU Nomor 28 tahun 2009 tentang<br />

PDRD. Oleh karena itu, sejak tahun 2011 penerimaan BPHTB sudah tidak <strong>di</strong>catat<br />

lagi dalam APBN.<br />

DIREKTORAT P-APBN<br />

100<br />

PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!