30.11.2014 Views

klik di sini - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan ...

klik di sini - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan ...

klik di sini - Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DASAR-DASAR PRAKTEK PENYUSUNAN APBN DI INDONESIA<br />

Tabel 1.2 APBN dalam Format T-account dan I-account<br />

Format APBN T-account<br />

APBN<br />

Format I-account<br />

PENERIMAAN NEGARA BELANJA NEGARA FORMAT BARU<br />

A. Penerimaan Dalam Negeri A. Belanja Rutin A. Pendapatan Negara dan Hibah<br />

1. Penerimaan Migas 1. Belanja Pegawai I. Penerimaan Dalam Negeri<br />

- Minyak Bumi 2. Belanja Barang 1. Penerimaan Perpajakan<br />

- Gas Alam 3. Belanja Rutin Daerah 2. PNBP<br />

4. Bunga dan Cicilan hutang II. Penerimaan Hibah<br />

2. Penerimaan Bukan Migas 5. Pengeluaran Rutin Lainnya<br />

- PPh B. Nelanja Negara<br />

- PPN I. Belanja Pemerintah Pusat<br />

- Bea Masuk 1. Belanja Pegawai<br />

- Cukai 2. Belanja Barang<br />

- Pajak Ekspor 3. Belanja Modal<br />

- PBB dan BPHTB 4. Pembayaran Bunga Utang<br />

- Pajak Lainnya 5. Subsi<strong>di</strong><br />

- PNBP 6. Belanja Hibah<br />

7. Bantuan Sosial<br />

B. Penerimaan Pembangunan B. Belanja Pembangunan 8. Belanja Lain-lain<br />

1. Pinjaman Program 1. Pembangunan Rupiah<br />

2. Pinjaman Proyek 2. Pembangunan Proyek II. Transfer ke Daerah<br />

1. Dana Perimbangan<br />

2. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian<br />

TOTAL<br />

TOTAL<br />

C. Keseimbangan Primer<br />

D. Surplus/Defisit Pembayaran<br />

E. Pembiayaan<br />

Sejak tahun anggaran 2005, sejalan dengan UU No.17 tahun 2003 tentang <strong>Keuangan</strong> Negara,<br />

pemerintah mulai menjalankan format Belanja Negara (khususnya Belanja Pemerintah Pusat)<br />

yang mengacu kepada kaidah-kaidah yang berlaku secara internasional. Sebelumnya, pemerintah<br />

menggunakan anggaran “dual budgeting” <strong>di</strong> mana <strong>di</strong>pisahkan antara Pengeluaran Rutin dan<br />

Pengeluaran Pembangunan. Salah satu tujuannya adalah untuk menekankan pentingnya<br />

pembangunan, namun dalam pelaksanaannya <strong>di</strong>temui beberapa kelemahan antara lain :<br />

(1) kurang jelasnya pemisahan antara belanja rutin dan belanja pembangunan yang menyebabkan<br />

terja<strong>di</strong>nya duplikasi belanja; (2) kurang efisien dalam penyusunan belanja karena untuk satu jenis<br />

belanja terdapat akun untuk belanja rutin dan akun untuk belanja pembangunan; dan juga<br />

kesulitan dalam mengaitkan output/outcome dengan penganggaran organisasi terutama untuk<br />

belanja pembangunan, mengingat proyek sifatnya sementara dan keberlanjutan tanggung jawab<br />

atas asset serta kewajiban dari suatu proyek yang sudah selesai masih kurang jelas. Maka mulai<br />

tahun 2005 <strong>di</strong>gunakan “unified budgeting”, <strong>di</strong> mana tidak ada lagi pemisahan antara belanja rutin<br />

dan belanja pembangunan. Belanja Pemerintah Pusat ter<strong>di</strong>ri atas 8 jenis belanja, yaitu : Belanja<br />

Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Utang, Subsi<strong>di</strong>, Belanja Hibah,<br />

Bantuan Sosial dan Belanja Lain-lain. Beberapa perubahan dalam belanja yang cukup signifikan<br />

DIREKTORAT P-APBN<br />

13<br />

PENDAHULUAN

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!