12.05.2013 Views

budaya-bebas

budaya-bebas

budaya-bebas

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

orang yang kerjanya tidak sesuai dengan profesi mereka yang jujur,<br />

yang seharusnya memberlangsungkan pembelajaran.” 4<br />

Banyak orang percaya bahwa kekuasaan yang dijalankan para<br />

penjual buku dalam persebaran pengetahuan justru membatasi gerak<br />

penyebaran tersebut, sedangkan di sisi lain zaman Pencerahan justru<br />

mengajarkan pentingnya pendidikan dan penyebaran pengetahuan<br />

secara luas. Gagasan bahwa pengetahuan harus <strong>bebas</strong> merupakan<br />

tonggak pencapaian masa itu, dan kepentingan komersial yang<br />

berkuasa ini malah merintangi ide tersebut.<br />

Untuk mengimbangi kekuasaan tersebut, Parlemen memutuskan<br />

untuk menggencarkan tingkat persaingan di kalangan penjual buku,<br />

dan cara termudah untuk melakukannya adalah dengan menyebarkan<br />

kekayaan nilai yang terkandung dalam buku-buku. Oleh karena itu,<br />

Parlemen membatasi jangka waktu hak cipta, dan dengan demikian<br />

menjamin bahwa buku-buku bernilai akan <strong>bebas</strong> untuk diakses oleh<br />

para penerbit manapun untuk dicetak setelah periode yang ditentukan<br />

berakhir. Oleh sebab itu pembatasan jangka waktu menjadi hanya<br />

selama dua puluh satu tahun bagi karya-karya yang ada merupakan<br />

bentuk kompromi untuk melawan kekuasaan para penjual buku.<br />

Pembatasan jangka waktu ini merupakan upaya tidak langsung<br />

untuk menjamin berlangsungnya persaingan antar penerbit, dan pada<br />

gilirannya, melancarkan pengembangan dan penyebaran <strong>budaya</strong>.<br />

Akan tetapi memasuki tahun 1731 (1710 + 21), para penjual<br />

buku mulai gelisah. Mereka melihat konsekuensi dari semakin<br />

banyaknya persaingan, dan layaknya semua pesaing, mereka tidak<br />

menyukainya. Awalnya para penjual buku hanya mengabaikan<br />

Undang-Undang Anne dengan bersikeras menggunakan hak kekal<br />

untuk mengontrol penerbitan. Tapi pada tahun 1735 dan 1737, mereka<br />

mencoba membujuk Parlemen untuk memperpanjang jangka waktu<br />

kepemilikan hak cipta mereka. Dua puluh satu tahun tidaklah cukup,<br />

ujar mereka; para penjual buku menginginkan lebih banyak waktu.<br />

Parlemen menolak permintaan mereka. Seorang pencatat risalah<br />

menuliskannya dalam kata-kata yang masih terdengar relevan hingga<br />

kini:<br />

106 BUDAYA BEBAS

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!