12.05.2013 Views

budaya-bebas

budaya-bebas

budaya-bebas

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

15. Professor Rubenfeld telah mempresentasikan argumen konsitusional yang kuat<br />

mengenai perbedaan hukum hak cipta yang seharusnya ditarik (dari perspektif<br />

Amandemen Pertama) antara sekedar “kopi” dan karya turunan. Lihat Jed<br />

Rubenfeld, “The Freedom of Imagination: Copyright’s Constitutionality,” Yale<br />

Law Journal 112 (2002): 1–60 (terutama hal. 53–59).<br />

16. Ini merupakan penyederhanaan dari hukum, namun sungguh tidak sederhana<br />

sebenarnya. Hukum tentu saja mengatur lebih dari sekedar “kopi”—pertunjukan<br />

publik dari lagu berhak cipta, misalnya, diatur meskipun pertunjukan itu sendiri<br />

tidak menghasilkan kopi.17 United States Code, section 106(4). Dan ia kadang<br />

tidak mengatur “kopi”. 17 United States Code, section 112(a). Akan tetapi, yang<br />

menjadi asumsi di bawah hukum yang berlaku (yang mengatur “kopi”) adalah;”<br />

17 United States Code, section 102) jika ada kopi, maka ada hak.<br />

17. Maka argumen saya adalah bahwa kita tidak harus mencabut hukum hak cipta<br />

dari setiap tempat yang ia jangkau. Alih-alih, kita harus punya alasan yang kuat<br />

mengapa hak tersebut menjangkau tempat tertentu, dan tidak seharusnya kita<br />

menentukan jangkauannya atas dasar perubahan yang sewenang-wenang dan<br />

otomatis yang disebabkan oleh teknologi.<br />

18. Yang saya maksudkan dengan “alam” di sini adalah alam dalam pengertian yang<br />

tidak terlalu jauh berbeda, tetapi kehadirannya merepresentasikan sebuah kopian.<br />

Jaringan optik tidak membuat kopi dari konten yang mereka transmisikan, dan<br />

jaringan digital dapat didesain untuk menghapus apapun yang dikopinya, sehingga<br />

jumlah kopi yang tersisa tetap sama.<br />

19. Lihat David Lange, “Recognizing the Public Domain,” Law and Contemporary<br />

Problems 44 (1981): 172–73.<br />

20. Ibid. Lihat juga Vaidhyanathan, Copyrights and Copywrongs, 1–3.<br />

21. Pada prinsipnya, kontrak hanya memberlakukan persyaratan pada saya. Saya<br />

dapat, misalnya, membeli buku dari anda, dengan termasuk kontrak yang<br />

mengatakan bahwa saya akan membaca buku itu hanya sebanyak tiga kali, atau<br />

saya berjanji untuk membacanya tiga kali. Akan tetapi, kewajiban (dan batasan<br />

untuk menciptakan kewajiban tersebut) akan datang dari kontrak tersebut, bukan<br />

dari hukum hak cipta, dan kewajiban dari kontrak tidak harus berlaku ketika buku<br />

diserahkan kepada siapapun yang memperoleh buku itu selanjutnya.<br />

22. Lihat Pamela Samuelson, “Anticircumvention Rules: Threat to Science,” Science<br />

293 (2001): 2028; Brendan I. Koerner, “Play Dead: Sony Muzzles the Techies<br />

Who Teach a Robot Dog New Tricks,” American Prospect, 1 January 2002; “Court<br />

Dismisses Computer Scientists’ Challenge to DMCA,” Intellectual Property<br />

Litigation Reporter, 11 December 2001; Bill Holland, “Copyright Act Raising<br />

Free-Speech Concerns,” Billboard, 26 May 2001; Janelle Brown, “Is the RIAA<br />

Running Scared?” Salon.com, 26 April 2001; Electronic Frontier Foundation,<br />

“Frequently Asked Questions about Felten and USENIX v. RIAA Legal Case,”<br />

tersedia di taut #27.<br />

23. Sony Corporation of America v. Universal City Studios, Inc., 464 U.S. 417, 455 fn.<br />

27 (1984). Rogers tidak pernah mengubah sudut pandangnya mengenai VCR.<br />

Lihat James Lardner, Fast Forward: Hollywood, the Japanese, and the Onslaught of<br />

the VCR (New York:W.W. Norton, 1987), 270–71.<br />

CATATAN 375

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!