12.05.2013 Views

budaya-bebas

budaya-bebas

budaya-bebas

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dengan begitu, pilihan-pilihan ini mendasari serangkaian<br />

ke<strong>bebas</strong>an yang cakupannya lebih luas dari yang sudah ditentukan<br />

undang-undang hak cipta. Pilihan-pilihan ini juga memberikan lebih<br />

banyak ke<strong>bebas</strong>an ketimbang prinsip penggunaan wajar tradisional.<br />

Dan yang lebih penting lagi, pilihan-pilihan ini mengekspresikan<br />

ke<strong>bebas</strong>an dalam satu cara yang memungkinkan pengguna berikutnya<br />

dapat menggunakannya dan bergantung kepadanya tanpa harus<br />

menyewa seorang pengacara. Dengan cara ini, Creative Commons<br />

bertujuan untuk membangun satu lapis konten yang didasari oleh<br />

lapis hak cipta yang rasional, dan menjadi dasar untuk dikembangkan<br />

oleh orang lain. Pilihan sukarela dari individu dan pencipta ini akan<br />

membuka akses ke konten ini. Dan pada gilirannya konten ini akan<br />

memudahkan kita untuk membangun kembali ranah publik.<br />

Proyek ini hanyalah salah satu di antara proyek-proyek Creative<br />

Commons lainnya. Dan pastinya Creative Commons bukan satusatunya<br />

organisasi yang bergiat untuk ke<strong>bebas</strong>an. Tapi poin yang<br />

membedakan Creative Commons dengan yang lain adalah bahwa kami<br />

tidak hanya tertarik dengan membicarakan tentang ranah publik atau<br />

mendorong dewan perwakilan untuk menyokong dibukanya ranah<br />

publik. Sasaran kami adalah untuk membangun gerakan konsumen<br />

dan produsen (atau seperti istilah seorang pengacara bernama Mia<br />

Garlick “komdusen konten”) yang mendorong dibukanya ranah publik<br />

dan melalui karya-karya mereka, menunjukkan pentingnya ranah<br />

publik bagi pertumbuhan kreativitas.<br />

Sasarannya bukan untuk melawan pihak yang mendukung<br />

“Seluruh Hak Cipta Dilindungi”. Sasarannya adalah justru menjadi<br />

pelengkapnya. Masalah yang ditimbulkan hukum dan kita alami<br />

sekarang sebagai <strong>budaya</strong> dihasilkan dari konsekuensi sinting dan tidak<br />

diniatkan dari produk hukum yang ditulis berabad-abad lalu, produkproduk<br />

hukum yang penerapannya pada teknologi hanya dapat<br />

diperkirakan oleh Jefferson. Aturan-aturan ini mungkin masuk akal<br />

jika ditempatkan dalam konteks teknologi ratusan tahun yang lalu,<br />

namun peraturan ini menjadi tidak rasional ketika diletakkan dalam<br />

konteks teknologi digital masa kini. Dibutuhkan aturan-aturan baru<br />

336 BUDAYA BEBAS

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!