12.05.2013 Views

budaya-bebas

budaya-bebas

budaya-bebas

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

uku tersebut bertentangan dengan keinginan si pemilik hak cipta.<br />

Ada beberapa orang yang berpikir bahwa hal ini sangat masuk<br />

akal. Tujuan saya saat ini bukanlah berdebat mengenai apakah hal ini<br />

masuk akal atau tidak. Tujuan saya adalah hanya untuk memperjelas<br />

perubahan ini. Sekali anda melihat poin ini, beberapa poin lainnya<br />

juga akan menjadi jelas:<br />

Pertama, membuat kategori 1 hilang bukanlah sesuatu yang<br />

pernah dibayangkan oleh pembuat kebijakan manapun. Kongres<br />

tidak mengantisipasi hilangnya penggunaan karya berhak cipta yang<br />

dianggap tidak diregulasi. Tidak ada bukti sama sekali bahwa inilah<br />

yang dipikirkan oleh pembuat kebijakan ketika mereka mengijinkan<br />

pergeseran kebijakan ini. Penggunaan yang tidak diatur hukum<br />

merupakan bagian penting dari <strong>budaya</strong> <strong>bebas</strong> sebelum adanya Internet.<br />

Kedua, pergeseran ini khususnya membahayakan dalam konteks<br />

penggunaan transformatif konten kreatif. Sekali lagi, kita bisa<br />

memahami kesalahan dalam pembajakan komersial. Akan tetapi,<br />

hukum saat ini memberlakukan aturannya atas segala transformasi dari<br />

karya kreatif yang anda buat menggunakan mesin. “Kopi dan tempel<br />

(copy and paste)” dan “potong dan tempel (cut and paste)” menjadi tindak<br />

kejahatan. Mengutak-utik suatu cerita dan mengedarkannya kepada<br />

pihak lain, menerpakan si tukang utak-atik ini paling tidak, pada<br />

tuntutan untuk memberi penjelasan. Bagaimanapun bermasalahnya<br />

perluasan yang terkait dengan mengopi ini, ia menjadi sangat<br />

berbahaya bagi penggunaan karya kreatif yang bersifat transformatif.<br />

Ketiga, pergeseran dari kategori 1 ke kategori 2 ini menempatkan<br />

beban yang luar biasa pada kategori 3 (“penggunaan wajar”). Jika<br />

seorang pemilik hak cipta saat ini mencoba untuk mengendalikan<br />

berapa kali saya membaca buku secara online, respon alami yang saya<br />

ajukan adalah menyatakan bahwa ini merupakan pelanggaran atas<br />

hak penggunaan wajar yang saya miliki. Akan tetapi tidak pernah<br />

ada proses pengadilan apa pun mengenai apakah saya mempunyai<br />

hak penggunaan wajar untuk membaca, karena sebelum Internet,<br />

membaca tidak memicu penerapan hukum hak cipta dan dengan<br />

begitu pembelaan berbasis penggunaan wajar tidak diperlukan.<br />

“PROPERTI” 171

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!