Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SELINGAN<br />
Poster promosi pertandingan<br />
George Foreman melawan<br />
Muhammad Ali di Zaire<br />
(sekarang Republik Demokratik<br />
Kongo).<br />
AKU akan melayang seperti kupukupu,<br />
menyengat bak lebah. Tangannya<br />
tak akan bisa memukul,<br />
dan matanya tak bisa melihat.” Muhammad<br />
Ali, 32 tahun, yang dijuluki si Mulut<br />
Besar, mengungkapkan strateginya itu<br />
saat akan menantang petinju muda juara<br />
dunia bertahan kelas berat, George<br />
Foreman, pada 30 Oktober 1974 di pedalaman<br />
Afrika Tengah, Kinshasa, Zaire<br />
(sekarang Republik Demokratik Kongo).<br />
Karena berlangsung di pedalaman,<br />
media menyebut pertarungan ini sebagai<br />
Rumble in the Jungle. Di atas ring,<br />
Ali benar-benar memperlihatkan strateginya<br />
itu. Ia terus bergerak memutari<br />
ring dan membuat lawan memukul angin.<br />
Sedangkan jab tangan kanan-kirinya kerap<br />
meluncur dengan cepat dan keras ke arah<br />
wajah George.<br />
Selain lincah bergonta-ganti posisi kudakuda<br />
secara berulang-ulang sehingga terkesan<br />
melayang, Ali menerapkan strategi bertahan<br />
dengan bersandar pada tali ring. Lawan<br />
yang merasa berhasil menyudutkannya selalu<br />
membombardir dengan pukulan terbaik mereka.<br />
Ketika stamina lawan terkuras, giliran dia<br />
balas mencecarnya hingga ambruk. George,<br />
yang tujuh tahun lebih muda, tersungkur sebelum<br />
bel ronde kedelapan berdentang. Gaya<br />
bertandingnya yang khas itu terus dikenang<br />
dan menjadi ciri khasnya, yang membuat khalayak<br />
asyik menontonnya.<br />
George Foreman, yang meraih medali emas<br />
pada Olimpiade 1968, amat menghormati Ali,<br />
yang meraih medali emas Olimpiade 1968. Ia<br />
menyebut lawannya itu sebagai “Anugerah<br />
bagi Dunia”. Bagi George, bekas lawan tandingnya<br />
itu tak cukup hanya dinilai di atas ring.<br />
Sebab, sikap, ucapan, perilaku, dan keberaniannya<br />
di luar ring turut berpengaruh. “Ia ibarat<br />
seorang nabi, pahlawan. Dan ia revolusioner,”<br />
ujarnya kepada Daily Mail, 16 Januari 2012.<br />
Lebih dari 30 tahun setelah pertandingan<br />
bersejarahnya itu, George mengaku hubungannya<br />
dengan Ali kini amat dekat. Keduanya<br />
biasa saling berkirim pesan dan foto cucu lewat<br />
telepon seluler. “Kami teramat dekat, lebih<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015