Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Drama semacam ini<br />
punya kecenderungan<br />
mudah terpeleset ke<br />
stereotipe militer yang<br />
misogini (membenci<br />
perempuan).<br />
Namun ternyata Ali punya handuk<br />
lain, lalu menutup kaca pintu selnya<br />
lagi.<br />
Untuk kedua kalinya Amy membuka<br />
celah sempit di bawah kaca.<br />
Belum lagi tangannya masuk, tangan<br />
Ali yang menggenggam cangkir<br />
kertas sudah lebih dulu terulur<br />
keluar, lalu dalam gerakan cepat dia<br />
siramkan ke baju Amy, memercik<br />
sedikit ke wajahnya. Cangkir kertas<br />
itu berisi kotoran manusia.<br />
Camp X-Ray bukanlah film perang,<br />
bukan pula tentang “keterorisan”<br />
para tahanan, melainkan lebih<br />
pada studi karakter manusia yang<br />
diuji pada sebuah situasi, serta bagaimana<br />
hidup dapat mengungkung<br />
tanpa perlu dinding penjara.<br />
Sutradara Peter Sattler menyusunnya<br />
dari potongan-potongan pendek percakapan<br />
Amy dengan Ali yang dibatasi kaca<br />
kecil di pintu sel Ali. Momenmomen<br />
provokatifnya<br />
muncul bersamaan dengan berkembangnya<br />
persahabatan di antara keduanya. Sebenarnya<br />
Sattler sudah memberi petunjuk sejak awal ketika<br />
Amy ngotot meninggalkan kenyamanan rumah<br />
untuk menjalani kehidupan militer yang maskulin<br />
dan penuh tekanan.<br />
Kecuali Amy dan Ali, karakter lain tak banyak<br />
digali. Alhasil, kita mendapat sederet karakter<br />
anonim yang berseberangan, yakni para pria<br />
Timur Tengah yang berteriak-teriak di dalam sel<br />
dan mereka yang berbalut seragam Angkatan<br />
Laut di luar sel.<br />
Drama semacam ini punya kecenderungan<br />
mudah terpeleset ke stereotipe militer yang<br />
misogini (membenci perempuan), pembenaran<br />
atau penyangkalan sebuah ideologi, hingga ke<br />
xenofobia (ketidaksukaan pada orang asing).<br />
Jangan lupa ini Gitmo, tempat para tersangka<br />
teroris merasa sedang menjalani hukuman seumur<br />
hidup tanpa peradilan.<br />
Namun Sattler jeli memainkan narasi. Di<br />
saat kita mengira ceritanya bakal hitam-putih<br />
sampai akhir, saat itu pula keyakinan kita dibuyarkan.<br />
Sattler menciptakan ruang bagi Ste-<br />
MAJALAH DETIK 12 - 19 18 JANUARI 2015