Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SELINGAN<br />
Saya teramat kecewa.<br />
Seorang warga<br />
Amerika yang baru saja<br />
mendapatkan medali emas<br />
Olimpiade bagi negerinya<br />
tapi tak bisa menikmati<br />
hamburger hanya karena ia<br />
kulit hitam.<br />
insiden di restoran itu begitu membekas. Kondisi<br />
itu membuat Cassius mulai terpikat pada<br />
pidato-pidato tokoh muslim kulit hitam, Elijah<br />
Muhammad. Tokoh muslim dari Nation of Islam<br />
(NOI) itu kerap menyuarakan isu kesetaraan<br />
dan menolak keras sikap diskriminatif.<br />
Cassius Clay (Jr) lahir dari<br />
keluarga Kristen pada 17<br />
Januari 1942 di Louisville,<br />
Kentucky, Amerika Serikat.<br />
Ayahnya, Cassius Clay, dan<br />
ibunya, Odetta. Sang ayah<br />
dikenal sebagai pelukis<br />
papan reklame, sementara<br />
ibunya bekerja sebagai<br />
pembantu rumah tangga.<br />
Pada 1961, Cassius berkenalan<br />
langsung dengan<br />
Elijah Black Moslem, yang memimpin gerakan<br />
pengajaran muslim dan kesetaraan hak di<br />
kalangan kulit hitam Amerika.<br />
Kala itu, kepadanya Elijah berkata, “Kenapa<br />
kita disebut Negro Kalau orang Cina, Rusia,<br />
Jerman, India itu karena negara asal-usul leluhurnya.<br />
Tapi apa nama negara untuk kaum<br />
Negro”<br />
Cassius pun tersadarkan bahwa nama lahirnya,<br />
Cassius Marcellus Clay Junior (Jr), adalah<br />
nama pemberian orang Eropa yang menjadi<br />
majikan orang tuanya. Banyak orang kulit<br />
hitam di Negeri Abang Sam memiliki nama<br />
budak.<br />
Pidato-pidato Elijah menggugah kesadarannya.<br />
Diam-diam dia begitu mengagumi Elijah<br />
dan tertarik untuk mempelajari Islam di bawah<br />
bimbingan Kapten Sam Saxon (sekarang<br />
Abdul Rahman), yang dijumpai Clay di Miami<br />
pada 1961. Ia juga mencari bimbingan dan saran<br />
dari Malcolm X—tokoh NOI lainnya—yang<br />
dijumpainya di Detroit pada awal 1962. “Saya<br />
memeluk Islam karena mengikuti kata hati,<br />
bukan karena paksaan Elijah,” ujarnya.<br />
Ketika menantang juara dunia kelas berat<br />
Sonny Liston, Cassius mengaku galau. Rasa<br />
takut sempat menyergapnya. Untunglah,<br />
sehari menjelang pertandingan, Malcolm X<br />
datang menemui dan memberikan semangat<br />
kepadanya. Kepercayaan diri Cassius bangkit<br />
MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015