10.01.2015 Views

1y3agbn

1y3agbn

1y3agbn

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KOLOM<br />

●<br />

●<br />

Pascasarjana Sosiologi<br />

UGM, Yogyakarta, 2004<br />

Doktor Sosiologi UGM,<br />

Yogyakarta<br />

Karier:<br />

● Dosen Jurusan Sosiologi,<br />

Fakultas Ilmu Sosial<br />

dan Ilmu Politik UGM,<br />

Yogyakarta, sejak 1999<br />

● Ketua Jurusan Sosiologi,<br />

Fakultas Ilmu Sosial<br />

dan Ilmu Politik UGM,<br />

Yogyakarta, sejak 2013<br />

● Tim Pengawal Implementasi<br />

UU Desa, IRE,<br />

Yogyakarta<br />

Pengalaman Lain:<br />

● Direktur Eksekutif Institute<br />

for Research and<br />

Empowerment (IRE),<br />

Yogyakarta, 2007-2009<br />

dan 2009-2011.<br />

Karya:<br />

ditata dengan peraturan pemerintah, peraturan menteri, sampai peraturan daerah<br />

turunan yang koheren. Kuncinya pada komitmen membangun desa secara utuh,<br />

terintegrasi, sehingga penyusunan penyesuaian supporting system tidak sulit dilakukan.<br />

Karena itu, bila sekarang terjadi tarik-menarik, itu mengindikasikan secara sengaja<br />

mempolitisasi kebijakan de ngan kepentingan pragmatis. Kita bisa cermati<br />

komitmen Presiden Jokowi saat kampanye pilpres 2014 bahwa pembaruan desa<br />

dan pemihakan rakyat di komunitas marginal menjadi agenda prioritas. Dokumen<br />

Nawa Cita juga seiring dengan semangat UU Desa, yang berupaya mentransformasikan<br />

kekuatan lokal. Dapat dianggap sebagai manifesto politik kebangkitan<br />

desa, pemerintahan yang prorakyat.<br />

Mari kita tengok apa cita-cita UU Desa ini. Tujuan utamanya adalah pembaruan<br />

perspektif, orientasi, dan tata kelola menuju desa yang mandiri, demokratis, serta<br />

sejahtera. Jika masa lalu desa selalu dijadikan obyek eksploitatif oleh supradesa<br />

dengan risiko kemiskinan dan marginalisasi, kini, di zaman pemihakan pada pelayanan<br />

rakyat, desa dijadikan subyek pembangunan. Memberikan kewenangan<br />

desa untuk mengatur dirinya, sebagai cerminan gerakan emansipasi lokal dalam<br />

hal mengelola sumber daya yang dimiliki dan hak yang melekat berdasarkan konstitusi<br />

UUD 1945.<br />

Undang-undang ini juga menekankan agar desa, sebagai kekuatan bawah dan<br />

pilar demokrasi kewargaan di akar rumput (grassroots), yang direpresentasikan<br />

pada sistem pengambilan keputusan yang partisipatif, menyusun perencanaan<br />

pembangunan sesuai dengan kebutuhan, serta ada checks and balances agar tidak<br />

disalahgunakan kewenangan itu untuk memperkaya elite desa.<br />

Melalui pemberian pengakuan (recognition) negara pada desa dengan hak-haknya,<br />

MAJALAH DETIK 12 - 18 JANUARI 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!