12.07.2015 Views

Madilog-Tan-Malaka

Madilog-Tan-Malaka

Madilog-Tan-Malaka

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Jadi wayang, bayang, memang tepat berarti satu bayangan masyarakat nenek moyangbangsa Indonesia, walaupun bukan arti semacam ini yang dimaksud nenek moyang kita.Melainkan bayangan boneka diatas kain layar (kelir).Kewajiban ahli seni Indonesia Muda saya pikir, ialah buat mempelajari perhubungan antarawayang dengan arti bayangan masyarakat dengan mempelajari masyarakat itu sendiri.perkara yang mesti diperiksa, saya anjurkan :1. Berapa jauh wayang sebagai seni Indonesia tulen, yakni wayang pada Zaman sebelumHindu, menggambarkan masyarakat itu.2. Berapa jauh cerita dalam wayang bisa memberi jawab atas pertanyaan yang penting buatseorang Indonesia : Apa sebab pada Pra-Hindu, Indonesia Asli itu lebih praktis, matter offact, atas bukti, lebih berniat, lebi berani memulai pekerjaan baru walaupun besarbahayanya dibanding dengan bansga apapun di dunia pada masa itu dan dibanding denganIndonesia sendiri semenjak bercampur dengan bangsa asing ? (Baca : Weltgechichte !dsb).3. Berapa jauh cerita dan sejarah wayang bisa mengemukakan hal, fakto yang nyata dalammasyarakat Pra-Hindu itu, seperti Teknik dan Ekonomi, yang menjadi sebab, maka :1. Dynamisme dan Animisme Indonesia Tulen, bisa didesak kesuduk sekali oleh Hinduisme,Budhisme dan Islamisme, walaupun Dynamisme dan Animisme itu sampai sekarangpunbelum hilang dan selama "kepercayaan” mustahil sekali bisa hilang.2. Kenapa para Satria dalam cerita Indonesia Tulen bisa di ganti, didesak kesudut ataudiperolok-olokkan (Petruk, Gareng dan Semar) oeh cerita Hindu dan Arab, sedangkansatria Indonesia ialah pemimpin dari masyarakat sebenarnya.Pertanyaan diatas mudah ditambah banyaknya, susah menjawab dan mesti banyak sekalimengambil tempo. Selain dari itu pekerjaan seseorang pemeriksa akan percuma buatkemajuan Indonesia, kalau semangat dan penjuru memandang "point of view” darisipemeriksa, tak lebihd ari seorang terpelajar luhur, penyusun "Aceh Woordenboeken”.Edeller Prof. Dr. Hussein Djajadiningrat. Semangat mestisemangat orang merdeka yangmencari perubahan baik dan penjuru mesti sudut masyarakat Indonesia dan keperluanIndonesia, bukan semangat seorang Hussein Djajadiningrat, walaupun ia seorang "Prof”.Bahan buat diperiksa tiada sedikit, tetapi sudah didapat. Sejarah wayang dari smeua macamwayang, diseluruh pulau Jawa mesti dibandingan dnegan cerita suku Indonesia Asli yangkurang sekali atau sama sekali tiada dipengaruhi Hinduisme dan Arabisme. Cerita atasdongeng yang didapat seperti dinegeri Batak, Dayak atau Toraja, niscaya banyak bisamemberi keterangan atau suggestion, petunjuk. Sebab masyarakat Batak, Dayak dan Torajayang tulen, tentu tak berapa bedanya dengan Jawa tulen, Jawa Pra Hindu.Kita tak boleh lupa, bahwa Indonesia Dayak umpamanya, tiada kurang kepandaian tentangbesi dari bangsa manapun di Asia, sebelum diajar Eropa modern. Dan pekerjaan mengayaubuat mencari kepala manusia itu tiada boleh disalahkan menurut moral yang diajarkan olehagama saja. Pekerjaan itu mesti diperhubungkan dengan masyarakat Dayak, iklim, cacah jiwa,ekonomi, dan kepercayaan pada Dynamisme dan Animisme (Kepala itu menurut kepercayaanasli, ialah pusatnya kodrat. Mengupulkan kepala berart mengumpulkan kodrat).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!