12.07.2015 Views

Madilog-Tan-Malaka

Madilog-Tan-Malaka

Madilog-Tan-Malaka

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

perkara yang mesti dijelaskan ialah : adanya tuhan itu tadi. Kalau Tuhan itu ada, barulah bolehdikatakan Kitab itu bikinan-Nya atau Firman-Nya. Kalau tak ada, bagaimanakah kita bisamembilang bahwa kitab itu bikinan-Nya atau Firman-Nya, ialah Kitab Suci. Jadi ujian diatastiadalah cocok dengan ujian Logika. Sebab itu menurut Logika tak memberi penjelasan, jadibukanlah ujian menurut Logika.Begitulah juga kalau penjelasan menjawab dengan : Kalau tak ada Tuhan siapa yang bikinAlam ini ? Disini pokok perkara (premise) dan akibat, Alam dan Tuhan sebagai pembikinAlam ada dua perkara yang berseluk-beluk. Adanya Alam dijelaskan dengan adanya Tuhan.Ada tak adnya Tuhan dijelaskan pula dengan adanya Alam. Kita tak bisa maju selangkahpun berjalan dengan cara berputar-putar dari ujung ke pangkal semacam ini.Periksalah sendiri oleh pembaca, dimana terletaknya kesilapan pada beberapa contohklasiek (tua) dibawah ini :1. Satu Ahli Ketuhanan Zaman Tengah :Otak itu (mind) selalu berpikir, sebab sifatnya (essence) otak itu ialah berpikir(perhatikanlah arti : essence).2. Plato, dalam Sophistis :Sesuatu barang itu boleh jadi tak berbadan (tak nyata).Sebab : keadilan dan kebijaksanaan (wsidom) itu tak berbeda (tak nyata0.Dan keadilan dan kebijaksanaan itu adalah sesuatu barang (perhatikanlah arti sesuatubarang yaitu benda yang nyata itu).3. Tiap-tiap bagian benda itu berapaun kecilnya, mesti punya muka atas dan muka bawah.Akibat : Benda itu bisa dikecilkan seterusnya (infinite) dan masih terus benda. (Ingatmenurut promies (pokok pertama) tak ada batas kecilnya benda itu. Dia maish punya mukadan masih boleh dinamai benda, menurut akibat : sebetulnya itu juga artinya !).Perkara (c) : Ignoratio Elenchi, menyimpang jalan.Kesalahan ini timbulnya karena akibat yang mesti diuji kebenarnnya itu sama sekali takbersangkut-patu dengan okok pembicaraan pendebat tiada memberi pengujian yang cocokdengan Logika, dengan membentangkan perhubungan ujung dan pangkal, akibat dan sebab.Melainkan ia membangunkan kepercayaan, kegelian, kemarahan atau kebencian parapendengar. Dengan begitu pikiran tenangnya para pendengar menjauh atau menerima sajauraian tadi. Sopist dan demagogue yang pada zaman Yunani berarti "pengapusan ramai”,menurut musuhnya banyak mempergunakan cara Ignoratio Elenchi itu. Indonesia dan negerimanapun juga di dunia sekarang tentulah tiada asing dengan penghapusan itu.Demikianlah kalau seorang pendebat tiada membentangkan kesalahan paham lawannya

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!