12.07.2015 Views

Madilog-Tan-Malaka

Madilog-Tan-Malaka

Madilog-Tan-Malaka

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"berurusan” dengan Tuan Arab di desanya. Dia simpulkan bahwa Yahudi dengan Arab inisama, sebab bentuk badan dan hidungnya sama. Sekarang timbul simpulan kedua dalamotaknya : Tuan Arab hidup dengan menyewakan rumahnya dan meminjamkan uang. TentuTuan Yahudi ini hidup dengan menyewakan rumah dan meminjamkan uang pula. Simpulanini umumnya betul kalau disempitkan di Asia Timur saja. Baik <strong>Tan</strong>i yang terlatih oleh Yahudiyang sebentuk badan dan hidung dengan Tuan Arabnya meneruskan aliran pikirannya seudahmendapat kabar dari temannya, bahwa tuan Yahudi juga disunat. Kalau begitu katanya "tuanYahudi juga pengiktunya Nabi Muhammad SAW”. Disini dia dijerumuskan oleh LogikaAnalogy.Persamaan dalam beberapa hal itu tak memberi pertanggungan, bahwa Yahudi dan Arabse-Agama (bernabi satu). Demikianlah berpikir menurut Analogy sering silap sebab tiadamenghadapi bukti yang diumumkan atau dikenal "penglaksanaan undang”. Tidak saja orangberpikiran sederhana, orang ber-intelek-pun banyak memakainya dan sering terpaksamemakainya. Kalau persamaan dalam dua benda yang dibandingkan itu terus-menerus dalamsemua hal, maka Analogy itu besar sekali gunanya.Perkara (b) : Kesilapan berhubung dengan tempat dan tempo.Seperti katak dibawah tempurung, inilah pepatah Indonesia yang umum sekali. Orang ituterpaut pada tempat dan temponya. Apa yang benar pada tempatnya dia simpulkan, benar jugapada tempat lain. Apa yang salah menurut zamannya, salahlah pula menurut zaman yang lain.Seorang Eropa yang baru datang di Tiongkok, selalu berpikir bahwa orang Tionghoa itumestinya tamak dan kejam. Si Tionghoa menonton saja dan ketawa pula terbahak-bahakmelihat bangsanya jatuh dari beca umpamanya. Sedangkan si Eropa tadi belas kasihan sampaikejatuhannya, cocok dnegan Agama "pipi kiri kalau dipukul, kasihkanlah pipi kananannya”.Memang Si Tionghoa Cuma melihat yang lucunya dan terus terang perlihatkan kesukannya,kegeliannya kalau ada orang lain dapat celaka, yang tidak berbahay betul. Tetapi kalaubetul-betul dalam ada marabahaya, tak ada bangsa lain yang lebih bersifat kasihan dan lebihberani membela dan banyak memberi pertolongan dari si Tionghoa. Berkali-kali saya saksikanhal ini dengan mata sendiri pada bahaya air bah atau pembakaran di Tiongkok. Pada bekasorang yang dia bencipun, ida bersifat tinggi sekali. (Dalam buku lain hal penting ini akan sayaceritakan dengan sempurna).Memang si European menterjemahkan dan melaksanakan paham "pipi kiri kalau kenapukul kasihkanlah pipi kanan” kalau hal itu tak berapa merugikan ! Dalam perkara kecilmemang umum sekali mereka memperlihatkan kesedihan, kebelasan, kemanusiaan. SiEuropean yang sedih melihat si Tionghoa jatuh dari beca dan diketawakan oleh bangsanyasendiri itu , memang boleh jadi menghampiri si atuh, mengangkat dan menolong, kalau perlubelikan satu gelas air batu dan marah pula pada yang mentertawakan. Cocok sekali dengan"pipi dikiri kalau dipukul kasihkan pipi dikanan”. Tetapi kalau berjuta-juta orang Tionghoateraniaya, terpelanting, disebabkan pemerintahannya si European tadi menjalankan politik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!