29.11.2014 Views

Positive Deviance & Hearth - CORE Group

Positive Deviance & Hearth - CORE Group

Positive Deviance & Hearth - CORE Group

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Appraisal (PRA) dan Participatory Learning and Action (PLA->B3 = Belajar<br />

dan Bekerja Bersama.). B3 merupakan suatu pengembangan masyarakat,<br />

pendekatan penyelesaian masalah, dimana para fasilitator bekerja dengan<br />

masyarakat untuk membantu mereka menganalisis penyebab-penyebab dari<br />

suatu masalah, identifikasi solusi-solusi, dan mengembangkan serta<br />

melaksanakan rencana kerja.<br />

Para kader PD & Pos Gizi bersama staf program seringkali mulai dengan B3<br />

atau PRA dengan melakukan wawancara kepada para informan kunci, yaitu<br />

pemimpin-pemimpin wanita atau mengadakan kelompok diskusi kelompok<br />

terarah dengan para wanita dan para pengambil keputusan lainnya untuk<br />

memahami berbagai kebiasaan seputar pemberian ASI, penyapihan anak,<br />

beban kerja ibu, konsep pengasuhan anak, kepercayaan mengenai<br />

membesarkan anak, kebersihan lingkungan, dan persepsi mengenai penyebab<br />

kekurangan gizi anak. Wawancara dan diskusi kelompok terarah harus<br />

dilengkapi dengan metode-metode pengumpulan informasi lainnya untuk<br />

dapat lebih memahami berbagai faktor penyebab kekurangan gizi.<br />

Kemudian, catatan-catatan yang dikumpulkan oleh para staf dan kader dapat<br />

dibandingkan dan didiskusikan untuk mengidentifikasi berbagai perilaku<br />

atau kepercayaan yang ingin diubah.<br />

Daftar contoh pertanyaan<br />

untuk diskusi kelompok<br />

terarah dapat ditemukan di<br />

Metode Pengumpulan<br />

Informasi pada akhir bab<br />

ini.<br />

Diskusi kelompok terarah yang diadakan pada salah satu lokasi<br />

proyek mengidentifikasi kelemahan dalam mengambil makanan dari<br />

ladang untuk diberikan kepada anak. Para ayah umumnya tidak<br />

terlibat, bekerja di tempat lain, dan tidak bisa membantu para ibu<br />

mengerjakan pekerjaan rumahtangga dan tidak dapat menyediakan<br />

dukungan moral dalam membesarkan anak. Para ibu bekerja di ladang<br />

hampir tiap hari agar dapat menyediakan makanan di rumahnya.<br />

Ketika sang ibu pulang ke rumah, ia mulai mengambil air dan<br />

memasak makanan. Sulit baginya untuk memiliki waktu atau tenaga<br />

yang cukup untuk duduk dan dengan sabar memberi makan anaknya.<br />

Pada akhirnya, anak harus menjaga dirinya sendiri, mereka seringkali<br />

makan dari piring yang sama dengan saudara kandung yang lebih tua.<br />

Anak yang lebih cepat, kuat dan tua yang akan mendapatkan porsi<br />

lebih besar.<br />

Meskipun umumnya para wanita memberikan ASI selama dua tahun,<br />

ibu-ibu yang hamil sebelum periode dua tahun, tiba-tiba<br />

menghentikan pemberian ASI. Kebiasaan ini didukung dengan kuat<br />

oleh para mertua yang secara tegas melarang pemberian ASI selama<br />

kehamilan. Pada saat anak kekurangan ASI, pertumbuhan mereka<br />

mulai menurun.<br />

Sulit bagi kebanyakan ibu<br />

untuk memiliki waktu atau<br />

tenaga yang cukup untuk<br />

duduk dan dengan sabar<br />

memberi makan anaknya.<br />

Sebuah survei mengenai pola makan sehari-hari<br />

diantara anak-anak Srilanka menemukan jenis<br />

makanan yang biasanya diberikan:<br />

Sarapan: Biskuit dan teh<br />

Makan siang: Nasi atau ubi jalar dengan daun-daun hijau dan<br />

kelapa, ikan kering serta kari sayuran.<br />

Diantara makanan utama: secangkir teh tawar<br />

Makan malam: Roti atau dengan kari<br />

Panduan PD & Pos Gizi / 65

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!